Ghelzie masih saja duduk ditempat tersebut dengan tawanya, bagaimana tidak, pangerannya jelas-jelas memakan cake buatannya. Dunia sekarang terasa lebih berwarna. Merasa tenaganya sudah kembali ghelzie kembali melangkah kembali kekelasnya.
Saat tiba didepan kelas, dia sudah dihadapkan dengan glemarie yang menatapnya sinis namun juga bercampur dengan raut khawatir. Ghelzie kembali takut kalau begini, dia menunduk dan berjalan melewati glemarie tanpa memperdulikannya.
“kau darimana saja, hah?!” bentak glemarie ketus dan menarik tangan ghelzie kasar sampai gadis itu meringis kesakitan
“aw, sakit evil! Tak bisakah kau bersikap manis padaku? Aku pertama lahir dibandingkan kau” ucap ghelzie kesal dan mengelus tangannya yang pucat
“tak bisa! Jawab pertanyaanku dari mana kau?” ucap glemarie kasar
“apa perdulimu?” ucap ghelzie pelan namun langsung membuat glemarie terdiam. Perih rasanya ghelzie mendengar jawaban glemarie yang tak bisa bersikap manis padanya.
“you, you are my twins” ucap glemarie tergagap dan butuh banyak energy untuk mengucapkan kata sederhana tersebut.
“sejak kapan? Setauku, aku tak punya kembaran” ucap ghelzie dengan sangat berat namun berusaha diucapkannya walaupun nafasnya harus tercekat saat mengatakannya.
Ghelzie melanjutkan langkahnya. Dia tak memperdulikan glemarie lagi. cukup dia mengucapkan kata-kata kasar itu, dia tak mau lagi. walaupun ghelzie mengucapkannya sendiri namun dia merasa perih dan sakit saat mengucapkannya. Ghelzie ingin tau bagaimana perasaan glemarie jika menerima kata-kata kasar darinya, maka seperti itulah yang ghelzie rasakan selama ini.
Glemarie terpaku ditempatnya. Sesak rasanya mendengar ucapan ghelzie yang lembut namun mampu menusuk setiap sel ditubuhnya. Wajahnya memerah, belum pernah dia melihat ghelzie berani seperti ini padanya. Glemarie menoleh kebelakang dan melihat ghelzie yang menunduk.
Kau tak mengakuiku kembaranmu? Tak adakah kata-kata lain yang kau punya? Kenapa harus mengucapkan itu? :’( batin glemarie perih dan berlari meninggalkan kelas.
Tak sangggup dia menahan airmatanya. Gadis itu berlari menuju kamar mandi wanita dan menangis didalamnya. Setidaknya disini tak akan ada yang menyuruhnya diam dan dia bisa mengeluarkan semuanya. Sepertinya ghelzie mulai berubah, pikirnya. Setelah merasa tenang, gadis itu keluar dari dalam toilet dan melihat wajahnya dari kaca besar disana. Dilihatnya mata hidungnya memerah, gadis itu memutuskan untuk tak masuk pada jam pelajaran sekarang. Dia tak ingin ghelzie melihatnya lemah seperti ini, itu akan membuat gadis itu mengelunjak nantinya, pikirnya.
Glemarie melangkah menuju perpustakaan dan mengambil asal buku disana lalu membuka setiap lembarannya. Merasa lelah berdiri, gadis itu duduk dilantai hingga membuat hotpansnya berdebu. Tapi dia tak perduli, rasa marah, kesal, iri lebih besar dari pada apapun saat ini.
“kau ghelzie apa glemarie?” ucap seorang pria yang menghampirinya
“glemarie! kau tak bisa membedakan kami apa?” ucap glemarie kesal dan menengadahkan kepalanya melihat siapa pria tersebut. Tiba-tiba dia terdiam ketika melihat pria itu adalah Zayn teman Harry, kakaknya.
"ya begitulah. Aku belum bisa membedakan kalian. Tapi sepertinya sekarang bisa :)” ucap Zayn dan ikut duduk didepan glemarie
“apa beda kami?” ucap glemarie dengan suara mulai melembut. Pria dihadapannya ini adalah salah satu dari tim basket yang dikenal sebagai bintang sekolah.
“ghelzie ramah dan selalu tertawa sedangkan kau cerewet, pemarah, cemberut, sombong, nakal. Aahh parah sekali kau ini” ucap Zayn sambil tertawa diakhir ucapannya