Part 7

368 42 0
                                    

Aiden lagi-lagi menghembuskan napasnya dengan kasar, laki-laki itu menatap bosan dua manusia yang saling suap-suapan di depannya.

"Kenapa Aiden? Kamu ngelihatin apa?" tegur Papanya.

Aiden membuang wajahnya ke samping, dia menatap ke arah Mamanya yang makan dengan tenang.

"Ma," Aiden menahan tangan Mamanya yang hendak menyendokkan nasi ke mulut.

"Kenapa?" tanya Mama Aiden.

"Kita makan di luar aja ya."

"Gak usah, di Rumah kan udah ada makanan."

Aiden menghela napas.

"Gak enak!"

"Kamu bilang apa? Kamu bilang makanan Istri Papa gak enak?"

Aiden melirik Papanya.

"Hm, emangnya kenapa?"

Papa Aiden berdecih.

"Padahal dulu kamu suka makan makanan Elissa."

Aiden menatap tajam Papanya.

"Jangan menatap Papa seperti itu!" bentak Papanya.

"Aiden, makan lagi ya." Mama Aiden mengusap tangan Aiden yang mengepal.

Aiden menggeleng, dia berdiri dari duduknya dan berjalan menaiki tangga.

Laki-laki paruh baya itu menatap Istri pertamanya.

"Kamu gak becus jaga Anak, lihatlah perilaku Aiden, hasil didikanmu."

Mama Aiden hanya menundukkan kepalanya dan kembali melanjutkan makannya.

***
Aiden menghempaskan tubuhnya di kasur, selera makannya langsung berkurang melihat kejadian Papanya dan Elissa saling bersuapan.

"Menjijikkan," desis Aiden.

Aiden mengambil Hpnya, laki-laki itu mengeryitkan alisnya melihat panggilan telepon tidak terjawab, Aiden kembali menghubungi nomor itu.

"Halo."

"Kenapa syah?"

"Anu--itu, aku boleh minta nomor Aska?"

"Nomor Aska? Nggak tuh."

"Eh, nggak? Tapi kamu kan temannya."

"Iya, tapi Aska kemarin baru ganti nomor, jadi gue gak tau nomor dia sekarang."

Dari sebrang telpon, terdengar suara Aisyah yang terlihat panik.

"Memangnya kenapa, syah?"

"Oh itu--tas aku ketinggalan di mobilnya semalam. Aku takut banget tas itu hilang, soalnya ada beberapa kartu penting disitu."

Aiden terdiam sesaat.

"Mau gue antar ke Rumah Aska?"

"Ha?"

"Gue antar ke Rumah Aska, mau?"

"E--eh, it--u--"

"Lo mau, nggak?"

Hening, tidak ada jawaban dari Aisyah.

"Syah, lo masih disana kan?"

"Eh--iya, memangnya aku gak ngerepotin kamu?"

"Gak kok, santai aja. Lagian gue bosan di Rumah terus."

"Oh gitu, oke."

"Kamu siap-siap ya, aku bakalan meluncur sebentar lagi."

Tasbih Dan Salib(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang