Aisyah dan Gabi sudah bersiap untuk berangkat kuliah, sedangkan Kiara juga sudah bersiap untuk bekerja di Kafe Pamannya Gabi.
"Udah siap!" seru Gabi kepada Aisyah dan Kiara yang sudah duduk anteng di kursi penumpang.
"Udah!" jawab Aisyah dan Kiara serentak.
"Oke, let's go!"
Mobil Gabi langsung melaju kencang, ketiganya terdiam dengan telinga yang mendengarkan lagu yang di putar oleh Gabi.
Gabi menyetir sembari bersenandung kecil, dia terlihat menikmati musiknya, Aisyah yang ada di samping sedari tadi tengah memainkan Hp, sedangkan Kiara hanya diam sembari menatap lekat jalanan.
Ckitt....
"Udah sampai," ujar Gabi.
Kiara terkejut, matanya menatap lekat sebuah Kafe yang terlihat besar.
"I--ni Kafenya?" tanya Kiara.
Gabi mengangguk, Kiara langsung tertegun.
"Kenapa?" tanya Gabi.
"Dulu, gue sama teman sering kesini buat nongkrong," jawab Kiara.
Aisyah menoleh ke arah Kiara.
"Kamu nggak papa kan kerja disini?" tanya Aisyah memastikan.
Kiara dengan ragu menggeleng.
"Yaudah, yuk turun! Biar gue kenalin sama Paman."
"Aku di mobil aja ya," ujar Aisyah.
Gabi mengangguk, dia langsung turun diikuti oleh Kiara.
Gabi memasuki Kafe, disana sudah berdiri seorang laki-laki paruh baya dengan menatap serius para pelayan yang sedang bekerja.
"Paman!" teriak Gabi.
Laki-laki itu menoleh ke arah Gabi.
"Hei, ponakan Paman."
Laki-laki itu memeluk Gabi.
"Udah lama kamu nggak main kesini," ujar laki-laki itu.
Gabi menyengir.
"Hehehe, oh iya. Ini teman Gabi yang pengen masuk kerja disini, Paman terima kan?"
Paman melirik Kiara, laki-laki itu menatap Kiara dari atas hingga bawah.
"Kamu kan, pelanggan yang sering datang kesini," ujar Paman.
"Iya, dia emang sering kesini," ucap Gabi menanggapi.
"Terus? Kamu kerja buat apa? Saya sangat kenal dengan Orang tua kamu, mereka adalah orang yang sangat berada. Jadi, kenapa kamu mau bekerja di Kafe ini?"
"Ish, Paman mah langsung ceplas ceplos, nggak ditanyain dulu, alasan Kiara bekerja disini," ujar Gabi cemberut.
Laki-laki paruh baya itu terkekeh.
"Yuk masuk dulu ke ruangan saya, saya bakalan integrosi kamu."
Gabi menepuk pundak Kiara.
"Yang sabar ya Kir, Paman gue emang gitu orangnya."
Kiara tersenyum memaklumi.
"Yaudah, Gabi pamit dulu ya Paman, Gabi mau kuliah."
"Oh, oke."
Gabi melambaikan tangannya, dia beranjak dari tempat itu.
Paman menatap Kiara.
"Ayo."
Kiara mengangguk, gadis itu mengikuti Paman Gabi dari belakang.
****
"Syah, nanti tunggu gue ya, kita pulang sama-sama," ujar Gabi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Dan Salib(END)
Teen FictionBlurb : Bagaimana bisa seorang Gadis berhijab seperti diriku mengagumi dirinya, orang-orang mungkin menyebutku Gadis yang bodoh karena berani Mencintainya, tapi bukankah cinta datang tanpa di sangka-sangka? Aku, seorang Gadis pendosa dengan bodohny...