Blush...
Wajah Aisyah langsung semerah tomat, gadis itu menutupi wajahnya dengan Buku Diary yang dia pegang, Aiden melihat tingkah Aisyah,Aiden tertawa kecil.
"Udah, jangan gombal pagi-pagi gini.'
Aiden berhenti tertawa, dia melirik Buku Diary Aisyah. "Ini, Buku yang Aska temuin kan?"
Aisyah mengangguk.
Aiden menyunggingkan senyum simpul. "Lo--gak curiga, dia udah baca Diary lo?"
Aisyah tersentak, gadis itu langsung menyadari satu hal. "Aiden, kamu kenal tulisan Aska?"
Aiden berpikir sejenak, laki-laki itu mengangguk.
Aisyah membuka Buku Diary itu, Aiden mengeryit bingung melihatnya.
"Kenapa emang?"
Aisyah menunjuk tulisan paling bawah, Aisyah menatap Aiden. "Ini--tulisan Aska atau bukan?"
Aiden menatap lekat tulisan bertinta merah itu, Aisyah terlihat gugup, menunggu jawaban Aiden.
"Gue sering ngelihat tulisan dia dan--"
"Dan?"
"Tulisan ini, memang sama persis seperti tulisan Aska."
Aisyah langsung lemas mendengar perkataan Aiden, berakhir sudah hidupnya, Aska benar-benar membaca Buku Diary Aisyah, yang menyematkan nama laki-laki itu di Buku itu.
"Kenapa?" tanya Aiden heran, melihat wajah pucat Aisyah.
"Gapapa."
Aiden kembali melihat tulisan itu. Namun, matanya langsung memicing, melihat tulisan tangan Aisyah, Aiden terdiam seketika, matanya menatap nanar, tulisan Aisyah.
Aisyah langsung menutup halaman itu, takut jika Aiden membacanya.
"Udah dulu ya, aku pergi duluan. Bye Aiden," ujar Aisyah.
Gadis itu mengambil tas ranselnya, dan setelah itu berjalan pergi.
Aiden menatap punggung Aisyah, seulas senyum simpul, terlihat jelas di bibir Aiden. "Gue mau berjuang--tapi udah di patahkan dengan satu Nama itu," gumam Aiden.
****
"Aisyah!"
Tubuh Aisyah membeku, suara yang tidak asing lagi baginya, terdengar sangat jelas. Aisyah tidak berani berbalik, gadis itu masih belum sanggup untuk bertemu.
Namun, langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya, Aisyah menutup matanya.
"Hei, kenapa merem?"
Suara lembut itu terdengar kembali, suara yang sangat Aisyah kagumi, dulu.
Aisyah dengan takut-takut, membuka matanya dengan perlahan. Di depannya sudah berdiri seseorang laki-laki yang ingin dia hindari.
Laki-laki itu tersenyum. "Hei, kenapa merem?" tanya laki-laki itu lagi.
Aisyah menggeleng. "Gapapa, ada apa Aska?"
Laki-laki yang rupanya adalah Aska, terkekeh kecil.
"Terima kasih."
Ucapan terima kasih dari Aska, membuat jantung Aisyah berdegup kencang, dia ingin menghilang saja dari dunia ini.
"Terima kasih, sudah menyematkan nama saya, di dalam Buku Diary itu. Saya senang, Aisyah."
Seharusnya Aisyah senang, seharusnya Aisyah bahagia, mendengar ucapan Aska barusan. Namun, sama sekali tidak ada rasa senang atau pun bahagia dalam diri Aisyah, ketika mendengar ucapan Aska. Malah sebaliknya, gadis itu malah terlihat malu dan tidak senang, karena Aska melihat semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Dan Salib(END)
Teen FictionBlurb : Bagaimana bisa seorang Gadis berhijab seperti diriku mengagumi dirinya, orang-orang mungkin menyebutku Gadis yang bodoh karena berani Mencintainya, tapi bukankah cinta datang tanpa di sangka-sangka? Aku, seorang Gadis pendosa dengan bodohny...