Part 30

583 39 29
                                    

Aisyah pulang ke Rumahnya. Gadis itu membuka pintu. Tubuh Aisyah terperanjat, ketika melihat Umminya tengah berdiri di depan pintu, dengan tangan yang melipat di dada.

"Dari mana, Syah? Kok tumben pulang lama banget," tegas Ummi.

Aisyah menutup pintu Rumah. Gadis itu menyentuh tangan Umminya. "Habis antar Aiden ke Bandara," lirih Aisyah.

Ummi menghela napas. "Buat apa pake di anterin segala, kalian kan gak punya hubungan apa-apa," ujar Ummi.

Ummi berjalan, duduk di sofa. Aisyah menghela napas berat, gadis itu ikut duduk di sofa, bersama dengan Ummi.

"Dia mau ke Arab, Ummi. Aiden pengen hijrah disana."

Ummi melirik Aisyah. "Agar bisa menikah dengan kamu. Itu kan alasan dia berhijrah."

"Astagfirullah Ummi. Kok berburuk sangka gitu. Aiden benar-benar bersungguh-bersungguh untuk berhijrah Ummi. Ummi seharusnya senang, karena saudara seiman kita bertambah."

Ummi mengenggam kedua tangan Aisyah. "Kenapa tidak melepaskan dia saja Aisyah. Kenapa tidak mencari Laki-laki yang lebih baik dari dia. Yang benar-benar bisa menuntun kamu untuk mendapatkan ridho Allah Swt."

"Aisyah yakin, Ummi. Aiden juga bisa menuntun Aisyah."

Ummi lagi-lagi menghembuskan napas, wanita paruh baya itu melepaskan genggaman tangannya. Wanita itu menunduk dalam. "Ummi hanya ingin Aisyah mendapatkan Imam yang baik. Yang benar-benar bisa menuntun Aisyah. Dari segi Agama yang dalam," lirih Ummi.

"Dan Aisyah merasa, Aiden adalah orang yang tepat, Mi."

Aisyah menatap Umminya dengan wajah nanar. Gadis itu dapat melihat, betapa kecewanya Ummi mendengar jawabannya.

"Dia baru saja masuk Agama Islam, Syah. Bagaimana bisa dia membimbing kamu, sedangkan dia masih belajar untuk melakukan Sholat," kekeh Umminya lagi.

"Itu sebabnya dia pergi ke Arab, Ummi. Dia ingin memperdalam ilmu Agama Islam disana. Agar dia bisa membimbing Aisyah," ucap Aisyah tidak mau kalah.

Ummi berdiri dari duduknya. Dia menatap Aisyah sejenak, dan setelah itu langsung mengalihkan tatapannya. "Seterah Aisyah kalau begitu. Kamu yang akan menjalani hidup, Nak. Jika memang Aiden yang terbaik bagi kamu. Maka, silahkan tunggu dia."

Ummi memang bilang begitu. Tapi, percayalah. Ummi merasa terluka ketika mengucapkannya. Dapat terlihat jelas, raut wajah Ummi yang terluka.

Wanita paruh baya itu berjalan pergi. Meninggalkan Aisyah yang mematung. Bulir-bulir air mata jatuh ke pipi Aisyah. Rasanya sangat menyakitkan, ketika harus membantah wanita yang telah melahirkannya. Rasanya sungguh menyesakkan, ketika Aisyah kekeh ingin Aiden yang akan menjadi Imamnya kelak, Aisyah tidak mendengarkan perkataan Umminya. Baru kali ini, Aisyah membantah perintah Umminya. Jujur, itu membuat hati Aisyah terluka.

Aisyah terlalu di butakan oleh cintanya kepada Aiden, sehingga melukai wanita yang sangat dia cintai. Kembali pikiran dan hati Aisyah mulai goyah. Antara menunggu Aiden, atau menerima pinangan dari Laki-laki lain.

****

Aisyah membuka matanya, gadis itu mengucek kedua bola matanya. Aisyah melirik jam dinding yang terpajang di dinding. Mata Aisyah membulat lebar, gadis itu langsung meraba kasurnya, mencari sesuatu. Aisyah mengambil ponselnya dan mengotak-atik ponsel it.

Aisyah menekan nama Aiden di kontak. Mencoba untuk menelpon Laki-laki itu. Tapi Aiden sama sekali tidak mengangkat teleponnya.

"Seharusnya dia sudah sampai," gumam Aisyah.

Tasbih Dan Salib(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang