Sejak kejadian di Taman belakang Kampus. Aisyah dan Aiden tidak pernah bertemu lagi, bertukar kabar pun tidak pernah. Mereka berdua sepakat untuk berjalan masing-masing. Mereka hanya bisa pasrah, dan membiarkan Tuhan yang mengatur semuanya.
Begitu juga dengan Aisyah. Sekarang dia sudah mulai bekerja di Rumah Sakit. Ada Gabi yang juga sudah bekerja bersamanya, gadis itu merasa bahagia, karena bersama dengan Aisyah.
"Syah, lo gak makan? Udah jam makan siang loh," ujar Gabi.
Aisyah yang sedari tadi tengah menulis laporan, menghentikan aktifitasnya. Aisyah menoleh ke arah Gabi, yang duduk bosan di ruang kerja Aisyah.
"Kamu duluan aja. Nanti aku nyusul."
Gabi mendengus. "Gak, kalau gue duluan. Gue pastiin seratus persen, lo gak bakalan nyusul," gerutu Gabi.
Aisyah melirik jam tangannya. "Sebentar lagi aku selesai kok, kamu duluan aja."
Gabi menghela napas kasar. "Yaudah, gue duluan ya. Gue beneran lapar banget. Awas aja kalau lo gak nyusul!"
Brak...
Gabi menutup pintu dengan keras. Aisyah menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Gabi. Aisyah kembali menulis laporan itu.
Drrt...
Aisyah menghela napas kesal, kenapa hari ini banyak sekali gangguan. Gadis itu menatap ponselnya yang bergetar di meja. Mata Aisyah membulat lebar, langsung saja dia mengambil ponsel itu.
"H--halo?"
"Hai, apa kabar?"
Aisyah menghembuskan napas, mencoba menetralkan jantungnya yang berdegup kencang.
"Ak--ku baik-baik aja," ucap Aisyah terbata-bata.
Kekehan terdengar dari balik ponsel. Membuat degup jantung Aisyah semakin menjadi-jadi.
"Besok gue bakalan berangkat ke Arab. Gue--mau hijrah kesana."
Ucapan dari balik telepon, sukses membuat hati Aisyah tidak karuan. Aisyah menatap tidak percaya perkataan barusan.
"Kamu benar-benar mantap untuk berhijrah?"
"Iya, gue benar-benar mantap berhijrah. Saat ini gue cinta sama lo, dan gue bakalan mencoba untuk mencintai Tuhan lo. Jadi, jangan pernah menghentikan rencana gue ini."
Aisyah langsung menggeleng, mata Aisyah berkaca-kaca. "Umh, aku tidak akan menghentikan niatmu, teruslah berusaha, agar kamu bisa mencintai Tuhanku," lirih Aisyah.
"Udah dulu ya, gue pamit. Nanti malam gue bakalan berangkat, gue berharap lo datang ke bandara, buat melihat gue untuk terakhir kalinya."
"Aku pasti bakalan datang," ujar Aisyah.
"Hm, Shalom."
Tut...
Bisakah Aisyah berteriak sekarang. Gadis itu benar-benar bahagia. Perasaannya membuncah, mendengarkan perkataan tulus dari Laki-laki itu. Kali ini Aisyah tidak dapat menghentikan niatan Laki-laki itu untuk hijrah. Jika memang Laki-laki itu tulus melakukannya. Maka, Aisyah akan sangat mendukungnya.
Aisyah menutup Buku Laporan itu. Dia berjalan dengan cepat, keluar dari ruangannya. Hari ini, dia memang harus cepat-cepat menemui Gabi.
****
Aisyah tidak henti-hentinya tersenyum sedari tadi. Mungkin orang-orang menganggap dirinya aneh. Tapi, Aisyah sama sekali tidak mengubrisnya.
"Udah dong senyumnya. Orang-orang berpikir aneh nanti," bisik Aiden.
Aisyah melirik Laki-laki itu. "Hari ini kan kamu mau berangkat. Jadi, aku harus senyum buat melepaskan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Dan Salib(END)
Teen FictionBlurb : Bagaimana bisa seorang Gadis berhijab seperti diriku mengagumi dirinya, orang-orang mungkin menyebutku Gadis yang bodoh karena berani Mencintainya, tapi bukankah cinta datang tanpa di sangka-sangka? Aku, seorang Gadis pendosa dengan bodohny...