Part 20

261 17 0
                                    

Pov Aska

Entah sejak kapan, rasa ini muncul untuk pertama kalinya, aku bahkan tidak tahu bagaimana rasa ini muncul. Tapi, aku tidak pernah menyesalinya sekali pun, aku hanya merasa harus segera membuang rasa ini jauh-jauh. Aku sadar, aku tidak punya hak untuk memilikinya.

Tapi, kejadian kemarin siang, membuat semangatku kembali tumbuh, semangat untuk mengejarnya dan berusaha untuk menjadikannya milikku. Tapi, sangat disayangkan aku memiliki saingan yang berat untuk mendapatkannya.

Aku duduk di meja belajarku, memikirkan betapa lucunya tulisan yamg dia curahkan di Buku Diary berwarna biru itu, mungkin aku adalah orang pertama yang membaca tulisannya, dan itu membuatku senang.

Bibirku kembali mengulas senyum, ketika mengingat tulisannya yang terukir rapi di Buku Diary, tapi bukan cuman itu yang membuatku tersenyum lebar. Aku tersenyum, melihat betapa indahnya dia menuliskan semua sikap dan tingkah lakuku di Buku itu, membuatku tersanjung dan merasa malu sekaligus. Aku tidak menyangka, dia sangat mengagumiku.

Hatiku menghangat, mengingat tulisannya yang menuliskan nama lengkapku terpajang di Buku Diary itu, waktu itu, perasaanku benar-benar membuncah bahagia, dia yang kucinta dan yang aku kagumi, rupanya diam-diam juga ikut mengagumiku.

Tok...tok...tok...

Lamunanku buyar seketika, aku langsung beranjak untuk membuka pintu.

Cklek...

Disana wanita yang sangat kucintai berdiri. Namun, aku terkejut melihat air mata mengalir di pipinya, segera aku merengkuh wanita itu.

"Bunda kenapa? Bilang sama Aska, siapa yang berani nyakitin Bunda?" tanyaku lembut.

"Bunda kangen sama Eli," lirih Bunda sembari bergetar. Hatiku ikut bergetar, rasa rindu menyeruak masuk ke hatiku, kata-kata Bunda kembali mengingatkanku pada satu wanita kedua yang aku cintai setelah Bunda.

"Aska juga kangen Bund," lirihku.

Bunda melepaskan pelukanku, aku mengusap lembut matanya yang mengeluarkan air mata. "Bunda jangan nangis, kalau Bunda mau, kita bisa ketemu sama Kak Eli," ujarku menenangkan.

Bunda menggeleng kecil. "Bunda malu buat ketemu sama dia," lirih Bunda.

Aku mengenggam kuat tangan Bunda, mencoba untuk menyakinkan Bunda. "Bunda gak bisa ngomong gitu, Kak Eli pasti juga sangat merindukan Bunda."

Bunda menggeleng.

"T--tapi Bunda malu, Bunda jahat udah ninggalin dia, dia gak akan pernah maafin Bunda."

Cakra menguatkan genggamannya. "Kita ketemu sama Kak Eli sama-sama ya, Aska bakalan nemenin Bunda."

Wanita paruh baya itu terdiam, matanya masih mengeluarkan air mata. "I--iya."

****
Pov Author

"Kak Aisyah!"

Aisyah yang baru saja selesai berdoa, dikejutkan oleh anak-anak perempuan yang datang menghampirinya, Aisyah tersenyum manis.

"Hai, ada apa?" tanya Aisyah lembut.

Semua anak-anak langsung menyalami Aisyah, gadis itu tersenyum kecil. Ah, anak-anak disini ingin menyalaminya rupanya. Aisyah terkekeh kecil melihat ada beberapa anak-anak yang berebutan ingin bersalaman dengannya.

"Yang tertib ya," ujar Aisyah. Mereka semua langsung mengangguk.

Setelah semuanya selesai bersalaman, mereka berlarian keluar dari Mesjid, begitu juga dengan Aisyah. Aisyah beranjak dari duduknya, gadis itu berjalan keluar dari Mesjid.

Tasbih Dan Salib(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang