Hujan lebat terdengar jelas dari luar, hawa dingin menusuk kulit Aisyah. Tapi, gadis itu masih tetap duduk diam, sembari memandang hujan yang turun, dari jendela kamarnya.
Gadis itu menatap lekat, tetesan hujan yang membasahi jendela kamarnya, Aisyah menghembuskan napas. Suasana hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja, perkataan Aska kemarin masih terngiang-ngiang di otaknya.
Aisyah memejamkan mata, ingatan itu kembali muncul, saat dimana dia mengagumi Aska, dan saat dimana dia akhirnya menyadari, kalau rasa kagum itu hilang, karena adanya satu orang yang merusak semuanya.
Aisyah mengelus jendela kamarnya, tangan lentiknya bergerak, menuliskan satu nama yang terlintas di pikirannya. Berkat hujan lebat, tulisan gadis itu terlihat sangat jelas di jendela.
Seulas senyum getir, tercetak jelas di bibir Aisyah, gadis itu mengelus satu nama itu. Entah sejak kapan dia menaruh hati pada satu nama itu, Aisyah bahkan sama sekali tidak tau, dan tidak menduga itu akan terjadi.Aisyah menghembuskan napas lagi, rasa sesak di dadanya terasa sangat jelas, dia baru mencintai satu nama itu. Dan sekarang, Aisyah juga harus menghapus nama itu dari hatinya.
Kembali Aisyah menatap hujan yang turun, tanpa sadar, mata Aisyah berkaca-kaca. "Terlalu sulit yah," lirih gadis itu.
Aisyah menutup matanya, bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipi gadis itu. Rasa bersalah muncul di hatinya, merasa bersalah karena telah mencintai laki-laki yang tidak mencintai Tuhannya.
"Aku bahkan baru saja mengenalnya. Tapi, kenapa secepat itu menaruh hati kepadanya," gumam Aisyah.
*****
Kepala Aiden menunduk, ketika Pendeta itu menatap Aiden lekat."Lepaskan dia! Buang jauh-jauh semua perasaanmu, ingatlah! Kau dan dia tidak akan bisa bersatu."
Aiden mendongok, menatap pendeta itu. "Terlalu susah ya," lirih Aiden.
Pendeta itu menghela napas. "Kamu boleh mencintainya. tapi, jangan sampai mengambil dia dari Tuhannya."
"Tapi aku sudah terlanjur mencintai dan ingin memilikinya," sesal Aiden.
"Jangan egois, jangan sampai dia meninggalkan Tuhannya, hanya untuk bersamamu."
Aiden meremas rambutnya kuat-kuat, dia tersenyum getir.
"Kalian berdua terlalu banyak perbedaan, sehingga sulit untuk menyatukan."
Aiden langsung tertampar kenyataan dengan ucapan Pendeta itu. Ucapan Pendeta itu memang sangatlah benar, mereka terlalu banyak bedamya, sehingga terlalu sulit untuk bersatu.
"Ikhlaskan dia, dan carilah seorang gadis yang menganut Agama yang sama denganmu."
Aiden berdiri dari duduknya, laki-laki itu mengangguk.
"Aku permisi dulu, Shalom."
"Shalom."
Aiden dengan langkah lunglai, berjalan keluar dari Rumah Pendeta itu. Laki-laki itu masuk ke dalam mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Dan Salib(END)
Teen FictionBlurb : Bagaimana bisa seorang Gadis berhijab seperti diriku mengagumi dirinya, orang-orang mungkin menyebutku Gadis yang bodoh karena berani Mencintainya, tapi bukankah cinta datang tanpa di sangka-sangka? Aku, seorang Gadis pendosa dengan bodohny...