5 Bulan kemudian....
Aisyah memeluk Gabi dengan erat. Begitu juga dengan Gabi, gadis itu balas memeluk Aisyah.
"Akhirnya. Congrat Syah, lo udah jadi Dokter!" seru Gabi.
Aisyah tertawa, sudut air matanya berair. "Kamu juga, Gab. Udah jadi Dokter!" seru Aisyah juga.
Aisyah melepaskan pelukannya, gadis itu tersenyum lebar. "Makasih ya, udah nemenin aku selama kuliah, hingga sekarang" ujar Aisyah berkaca-kaca.
Gabi mengangguk. "Gue juga ikut berterima kasih sama lo, karena selalu ngasih semangat ke gue, sampai gue bisa ada disini, dengan gelar Dokter gue," ucap Gabi tulus.
"Aisyah, Gabi!"
Aisyah dan Gabi serentak menoleh ke arah sumber suara. Seorang laki-laki berlari ke arah mereka. "Wih, selamat ya," ujar laki-laki itu.
"Makasih Aiden," ujar Aisyah dan Gabi serentak. "Lo juga, selamat ya!" lanjut Gabi lagi.
Aiden mengangguk. "Iya, makasih."
Tatapan Aisyah mengarah kepada Aska, yang tengah menatap mereka dari jauh. Aisyah tersenyum tipis, Aska langsung membuang wajahnya ke samping.
"Syah, gue mau bicarain sesuatu sama lo," ujar Aiden dengan wajah serius.
Aisyah menatap bingung Aiden. "Apa?"
Aiden menoleh ke arah Gabi, memberikan kode pada gadis itu, Gabi yang mengerti, langsung mengangguk. "Syah, gue duluan ya. Gue mau ketemu sama Mama dulu."
"E--eh? Tadi kamu bilang, kita bakalan Photo bareng," ujar Aisyah.
"Nanti aja, bye." Gabi langsung berjalan pergi.
Aiden menepuk pundak Aisyah. "Yuk."
"Mau kemana?"
Tanpa persetujuan Aisyah, Aiden langsung menarik ujung baju Aisyah. Aisyah hanya pasrah, dengan tarikan Aiden itu.
Aiden membawa Aisyah menuju taman kampus, Aiden duduk di kursi panjang, begitu juga dengan Aisyah yang ikut duduk. "Mau bicara apa, sih?" tanya Aisyah mengerutkan alisnya.
Aiden mengambil sesuatu dari bajunya, dan menyerahkan barang itu kepada Aisyah. "Cincin?" beo Aisyah.
Laki-laki itu mengangguk. "Lo mengerti artinya?"
Aisyah menggeleng. Aiden menghembuskan napas. "Gue--" Aiden menghentikan ucapannya, laki-laki itu terlihat ragu.
"Kenapa?" tanya Aisyah penasaran.
"Gue pengen lo menyimpan cincin itu, sampai tiba waktunya gue datang melamar lo--"
"Agama kita berbeda Aiden," ucap Aisyah memotong ucapan Aiden.
Aiden mengangguk. "Gue tau, sekarang mungkin Agama kita berbeda. Tapi, gue berjanji, Syah. Suatu hari nanti, gue bakalan datang ke Rumah lo, dengan Agama yang sama seperti yang lo anut," ujar Aiden yakin.
Aisyah menatap lekat, wajah Aiden yang serius. Aiden ikut menatap Aisyah. "Gimana? Lo mau nunggu gue?"
Aisyah menggeleng, wajah Aiden langsung berubah. "Kenapa?" tanya Aiden.
Gadis itu menghembuskan napas dalam-dalam. "Jangan pindah ke Agama Islam, jika hanya karena kamu mencintai Aku. Pindahlah ke Agama Islam, jika kamu memang bersungguh-sungguh pindah karena yakin kepada Allah Swt," ujar Aisyah tegas.
Mulut Aiden langsung bungkam, mata yang tadinya berkilat bahagia, dalam seketika berubah menjadi sayu. "Sesusah itu ya? Padahal gue udah berniat untuk masuk Islam. Tapi, kenapa lo gak mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Dan Salib(END)
Teen FictionBlurb : Bagaimana bisa seorang Gadis berhijab seperti diriku mengagumi dirinya, orang-orang mungkin menyebutku Gadis yang bodoh karena berani Mencintainya, tapi bukankah cinta datang tanpa di sangka-sangka? Aku, seorang Gadis pendosa dengan bodohny...