Aisyah masuk kembali ke dalam mobil setelah sholat Dzuhur, gadis itu sedikit terkejut melihat Aiden yang tertidur pulas di mobil dengan memegang sebuah peci.
Aisyah ingin membangunkan laki-lak itu. Namun, suara dengkuran halus Aiden membuat Aisyah mengurungkan niatnya, dia tau Aiden pasti sangat lelah sehingga tertidur dalam mobil.
Ting....
Aisyah membuka Hpnya, pesan baru dari Gabi terlihat dari layar.
"Lo dimana? Kenapa lama banget? Bentar lagi acaranya mulai, cepetan kesini!"
"Aku habis sholat Dzuhur. Oke kami meluncur kesana."
Aisyah meletakkan Hpnya, pandangan mata gadis itu kembali beralih ke arah Aiden, dengan takut-takut Aisyah meyentuh bahu Aiden dan menggoyangkannya.
"Eungh..."
Aiden membuka kedua matanya yang memerah, laki-laki itu menatap sang pelaku yang membangunkan dia dari tidur.
"Aisyah?"
"Aku udah siap sholat, yuk kita berangkat."
Aiden mengangguk.
"Maaf ya, aku bangunin kamu," ucap Aisyah dengan wajah bersalah.
"Santai aja," jawab Aiden dengan sura serak.
Aiden menjalankan mobilnya, keluar dari perkarangan Mesjid.
****
Aisyah dan Aiden berlari memasuki Gramedia, di dalam semua orang sudah banyak mengantri untuk meminta tanda tangan dari Tere Liye."Yahh, kita terlambat," ucap Aisyah kecewa.
"Maaf ya, gara-gara gue, lo harus mengantri."
Aisyah menggeleng.
"Gapapa, yuk kita ikut ngantri juga."
Aisyah berjalan menuju antrian, Aiden di belakang Aisyah juga ikut mengantri.
"Kamu melihat Gabi, nggak?" tanya Aisyah menoleh ke arah Aiden.
"Nggak,"
Aisyah menghela napas, gadis itu menatap jam tangannya.
"Aduh, ngantri juga bakalan lama banget, aku takut sampe Rumah malah kesorean," gumam Aisyah.
Aiden menguap, sejujurnya dia merasa sangat mengantuk. Namun, demi mendapatkan tanda tangan Tere Liye, Aiden harus menahan rasa kantuknya.
"Hoam."
Aisyah menoleh kembali ke Aiden.
"Kamu capek, ya?"
Aiden tersenyum, dia menggeleng.
"Gak kok."
Wajah Aisyah terlihat bersalah.
"Habis ini, kamu bisa langsung pulang. Nggak usah tunggu aku, aku bakalan pulang sama Gabi aja," ujar Aisyah.
Aiden hanya mengangguk singkat.
Setelah 30 menit menunggu, akhirnya giliran Aisyah yang maju ke depan, gadis itu terlihat sangat gugup ketika Tere Liye menatap lekat ke arahnya.
"Nama kamu siapa?"
"Aisyah Hadirah Naziva," jawab Aisyah.
Tere Liye mengangguk-angguk, dia meminta buku Aisyah.
"Kamu menyukai Buku-Buku yang saya tulis?"
Aisyah mengangguk dengan semangat.
"Buku anda sangat menginspirasi saya," jawab Aisyah jujur.
Laki-laki itu terkekeh, dia membubuhkan tanda tangannya di Buku yang di berikan Aisyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Dan Salib(END)
Teen FictionBlurb : Bagaimana bisa seorang Gadis berhijab seperti diriku mengagumi dirinya, orang-orang mungkin menyebutku Gadis yang bodoh karena berani Mencintainya, tapi bukankah cinta datang tanpa di sangka-sangka? Aku, seorang Gadis pendosa dengan bodohny...