[2.2] Kegagalan Sesaat

25 10 0
                                    

Rayford menandaskan teh mawar itu dengan perut mual. Ini bukan salah tehnya, tentu saja, dan ia meletakkan cangkir dengan jari meremang. Apa-apaan ini? Kenapa jantungnya berdegup dalam ketidaknyamanan? Bukankah ini yang diharapkannya, dan—untuk pertama kalinya—seorang pewaris Cortessian mendengarkannya?

Rayford beranjak dengan enggan. Ia menatap sang gadis yang hanya mengunci mulut sedari tadi, sama tegangnya, kendati Eran masih berusaha menyunggingkan senyum.

Pucat yang berkeriap di muka Eran membuat Rayford bertanya lagi. "Kalau begitu siapa yang akan menuntaskan janji?"

"Kau ngotot, ya? Baiklah. Janji yang perlu kaupenuhi adalah sebuah bantuan. Karena itu, dengan kesanggupanmu atau tidak, Eran tetap bakal melaksanakannya."

Rayford serta-merta menatap gadis itu. "Apa yang sedang kau kerjakan?"

"Tidak ada gunanya memberitahu seseorang yang takkan terlibat, Eran. Semakin sedikit orang yang tahu, semakin baik," Edwen memperingatkan dengan suara keras. "Dan aku percaya padamu."

Itu adalah jawaban yang mutlak. Eran menegaskan respons Edwen dengan gelengan pelan, dan Rayford tak pernah sekesal ini dengan keputusannya sendiri. Namun, suasana di ruang itu tak bisa dibenahi lagi. Bahkan jika Rayford mendadak berubah pikiran dengan penuh keyakinan dan menyanggupinya, itu hanya akan memperburuk situasi.

Rayford meninggalkan ruang dengan benak berkecamuk. Selepas ia mencapai lobi Parasian, Eran bertanya, "Apa kau sibuk? Aku agak lapar. mungkin kita bisa membeli kue atau apalah di sana."

Eran menunjuk ke arah barisan kedai di tepi pelabuhan. Rayford tentu saja menyanggupi itu, meski matanya tak bisa beralih dari tempat pertemuannya dengan Edwen. "Apa ia takkan mencegahmu?"

Senyum yang tersungging niscaya mengempas segala kecemasan sebelumnya. "Memangnya dia siapa? Dia bukan ayahku. Tentu saja aku boleh bercengkerama dengan teman-temanku, dan kebetulan temanku di sini hanya kau. Ayo!"

Kedai pilihan mereka justru berada di luar arena pelabuhan. Eran jelas-jelas tidak ingin menempatkan Kelab Parasian pada wawasan pandang untuk sementara waktu, dan memilih tempat duduk membelakangi jendela mana pun. Setidaknya, kedai manis yang menjual berbagai roti dan susu hangat adalah pilihan yang tepat untuk menenangkan batin dalam cengkeraman musim dingin. Senyum tak pernah tanggal dari wajah Eran saat mengaduk susu lavender dan mencamil roti kayu manis.

Meski begitu Rayford tak bisa senyum semudah sang gadis. "Apa kau mau menceritakan kepadaku? Menyoal tadi?"

Senyum nyaris lenyap, berikut matanya yang berbinar lemah, seolah begitu ingin menumpahkan segala kisah yang terkurung di dadanya. Tetapi Eran hanya menurunkan pandangan ke arah cangkirnya. "Maaf, Rayford." Kata-kata pendek itu tak pernah terdengar begitu menyakitkan. Apakah Edwen Erfallen mampu mengikat ucapan Eran pula? Luar biasa. "Tetapi aku takkan membahayakan hidupku dengan merusak kepercayaan orang yang bisa membolak-balik nasib keluargaku dalam satu perintah saja."

Darah Rayford berdesir. "Kau tunduk padanya bagai seorang pengabdi saja."

"Jangan berkata seperti itu. Tentu saja aku masih makhluk Tuhan."

"Lantas?"

"Begini mudahnya; jika aku adalah agen intelijen Raja, aku takkan semudah itu membocorkan misi rahasiaku bahkan kepada seorang agen yang telah menolak permintaan Raja."

Rayford menghela napas. Ia menyeruput minuman dengan harapan membasuh ketegangan yang berbekas di dalam dirinya. Misi apa yang dijalankan Eran? Dan kenapa pula gadis itu yang menjalankannya, seolah-olah tak ada yang lebih mampu?

"Kalau begitu satu hal, dan kumohon, jawablah ini." Rayford menatapnya tajam. "Mengapa kau yang harus melakukannya?"

"Karena statusku yang strategis," Eran mengucapkannya seakan telah mendengarnya berulang kali. "Edwen bilang, posisiku lebih tinggi daripada veiler karena mereka adalah pengawal bentukan; mereka dibuat dari para pria sekarat yang diberi kesempatan hidup untuk kedua kali. Kalau topeng mereka dicabut, mereka akan mati. Tetapi aku berbeda—dengan topeng atau tidak, aku masih hidup, karena aku belum pernah sekarat. Namun, untuk disebut setara para Erfallen tulen pun tidak cukup bagiku. Singkatnya ... aku seperti ... Erfallen adopsi."

ANTIROM: The Marionette ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang