22, Bulan Tanam. Tahun 1939.
Keesokan harinya, dua veiler mengekori Rayford ke apartemen. Dengan berat hati, pria itu meminta mereka untuk membawa pot-pot berharganya—dan mereka tak boleh ber-Etad. Para veiler mengeluh betapa merepotkannya pria satu ini, dan Rayford dengan bijak memilih untuk mengabaikan.
Hanya ini kesempatannya.
Segera setelah kedua veiler itu menuruni tangga, Rayford mengeluarkan liontin protea dari salah satu botol kaca ramuan. Ia menggigit bibir, menyentuh protea kering dengan bibirnya yang berdarah, dan An-thoniras muncul dalam sekejap mata.
Senyum lebar menghiasi wajah. "Mengejutkan!" katanya. "Aku tidak mengira kau akan memanggilku setelah sekian lama. Kukira kau mulai meninggalkan misi sampai-sampai kakek menyuruhku untuk mengintaimu."
Rayford menggerutu. Terlebih-lebih Anthoniras mulai menyapukan matanya ke sekeliling ruangan dan alisnya berkedut. "Oh sial, ruang apa ini?"
"Apartemenku," tukas Rayford. "Ayolah, Paman. Waktu kita tidak banyak. Para veiler akan datang lagi dan aku harus menyampaikan sesuatu kepadamu."
"Sepertinya kau harus berhenti memanggilku paman. Lama-kelamaan itu terdengar menggelikan bagiku."
Rayford memutar bola mata. "Baiklah, Thony," ujarnya, dan mulai menyampaikan keberadaan tiruan Desa Ern yang ditemukan kemarin. Anthoniras menggeleng-geleng, tetapi senyumnya yang melebar menunjukkan niat lain. Semakin lama Rayford bercerita, semakin dirinya merasa bahwa sebaiknya Armandes langsung tahu dari mulutnya sendiri. Namun, situasinya tidak memungkinkan. Anthoniras adalah satu-satunya yang bisa diandalkan saat ini.
Yah, semoga.
"Para Erfallen tidak pernah membuatku kecewa," komentar Anthoniras. "Berapa banyak pengawal anak yang sudah dilahirkan?"
Rayford mengangkat bahu. "Yang kutahu, setidaknya ada dua puluh anak yang sudah memakai jubah hitam. Sisanya masih terlalu kecil."
"Dua puluh anak yang setara dengan Edwen muda, eh?" Anthoniras tersenyum kecut. "Kau mau tahu sesuatu? Aku dan Eddy selalu disandingkan sejak kami lahir, dan dia kerap melampauiku hingga aku berhasil menyadarkannya dua dekade lalu. Itu adalah saat pertama dan terakhir aku bisa mengalahkannya. Kau mungkin tak bisa melihatnya, karena Eddy jarang menggunakan Energinya sekarang, tetapi kau akan tahu suatu saat nanti."
Rayford menelan ludah. Apakah itu salah satu alasan mengapa Armandes ingin Edwen ikut dilumpuhkan? "Jadi, bagaimana?"
"Bagaimana? Tak usah kau pikirkan. Itu urusan Eddy untuk melawan ayahnya sendiri," kata Anthoniras. "Aku akan sampaikan ini kepada kakek, bukankah itu yang kau inginkan?"
"Ya ... dan, oh, apa kau juga akan mengatakannya kepada Tuan Cortessor?" tanya Rayford dengan ragu-ragu. "Sebab ia nampaknya selalu tahu dengan segala sesuatu."
"Oh, tak ada yang perlu bercerita apa-apa kepada Ayah. Dia pasti sudah tahu." Anthoniras mengibaskan tangan. Saat ekspresi Rayford menegang, sang putra Cortessor menambah dengan geli. "Tetapi Ayah tak peduli. Ada terlalu banyak hal yang didengarnya setiap hari dan itu sudah membuatnya cukup gila."
Rayford menghela napas. "Baiklah," katanya. "Sebab aku merasa seperti mengkhianati Erfallen karena mengatakan ini kepadamu sementara anggota keluarga mereka saja belum tahu seluruhnya."
"Menurutku tak ada pengkhianatan, Ray," kata Anthoniras, dan sebelum Rayford mencurigainya lagi, ia menambahkan, "Bagiku, yang mengetahui sedikit-banyak posisi Ayah sebagai seorang Cortessor, apa yang kaulakukan itu tak lain adalah sebuah sikap penjagaan. Kita harus saling menjaga di dinasti yang penuh intrik dan kemunafikan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIROM: The Marionette ✓
Fantasy[BOOK 4] "The price of romancing the death." ---------------------------- LAST BOOK OF ANTI SERIES (word count: 90k-95k words) ---------------------------- Rayford akhirnya menemukan tambatan hati yang tepat, tetapi untuk mencapai kegemilangan hidu...