[32.2] Keputusan Edwen

17 10 0
                                    

9, Bulan Air. Tahun 1939.

Apa yang dikhawatirkan Rayford dan Eran akhirnya datang juga. Kira-kira empat hari setelah mereka bertiga tinggal di desa, Edwen meminta bertemu dengan Rayford. Berita itu mampir dari mulut Wil dan Thevan yang menyusul ke sana. Ekspresi kedua veiler itu tegang, cukup membuat pasangan di hadapan mereka memucat.

"Apakah Tuan Besar marah?" tanya Eran. Ia tak mampu menahan diri agar tak bertanya. Saat ia pamit kepada Edwen untuk membawa Edmund, wajahnya sarat akan kejengkelan. Mendengar nama Rayford disebut-sebut saja sudah membuatnya kesal, dan Eran buru-buru pergi setelah mendapat izinnya. Gara-gara itu, Eran terus kepikiran, dan tentu saja hal yang sama juga menjadi beban pikiran Rayford. Selama bermalam-malam di desa, keduanya duduk berhadapan di luar pondok, memikirkan apa yang kiranya bakal Edwen lakukan atas perbuatan Rayford.

Puncaknya, hari ini Edwen menginginkan pertemuan mereka.

"Entahlah," jawaban Wil terdengar amat meragukan. "Sebaiknya kalian segera kembali ke kastel."

Keduanya pasrah. Mereka menitipkan Edmund untuk sementara waktu dan melebur menuju Kastel Erfallen.

Meski ini adalah kunjungan kedua, mereka tak mampu berhenti mengagumi betapa indah dan mengerikannya kastel itu. Bagaimana tidak? Klan Erfallen dan Covalen adalah keturunan U'mbrate, vehemos bayangan yang juga menguasai Energi asap hitam. Kastel Erfallen barangkali adalah salah satu kastel tertua di Nordale; dibangun dengan bebatuan hitam yang besar dan menara-menara yang tinggi menjulang, membelah awan dan ribuan kerikil yang mengapung di udara. Kabut senantiasa menggantung, dan cuaca di sini lebih dingin, oleh sebab letak Kastel Erfallen yang berada di puncak bukit tertinggi di Nordale, di sebuah pulau dekat Provinsi Stentin.

Kastel Erfallen tidak seramai saat Rayford meninggalkannya empat hari lalu. Sanak saudara Edwen sudah pulang, menyisakan kastel untuk sang kakak beradik, puluhan bocah, dan ratusan veiler serta pelayan mereka. Suasana mencekam seperti ini yang membuat Eran makin tegang, sebab Edwen bebas menghakimi Rayford dengan sikap apapun tanpa ada yang mengawasi.

Duh. Perut Eran terasa mulas sekarang!

Ditemani Wil dan Thevan, mereka menyusuri banyak lorong dan tangga hingga memasuki menara terbesar kastel. Menara ini bagaikan jelmaan void; serupa di markas para veiler Edwen dahulu, barang-barang antik melayang-layang. Patahan pigura, foto robek, celemek pelayan bernoda darah, daun-daun kering, dan masih banyak lagi berpadu dengan ratusan kerikil. Benda-benda itu mengapung dalam ketenangan, melesat ketika saling bertubrukan, dan berputar-putar ringan saat tersenggol asap hitam yang menyulur-nyulur dari bawah menara. Rombongan kecil itu terpukau akan keabsenan gravitasi di tengah-tengah menara, seraya menyusuri tangga melingkar yang mengelilingi beribu potongan kenangan Erfallen. Mereka berhenti ketika mencapai ketinggian empat lantai, lalu membuka sebuah pintu di pertemuan dua tangga. Ada lorong lagi, kali ini lebih senyap dan sedikit sekali yang berjaga di kedua ujung. Lantainya berlapis karpet merah menyala, tidak lagi hamparan batu hitam yang mengilap. Meski begitu dindingnya masih menjulang dari ribuan batu hitam yang licin, berasap tipis yang senantiasa bersaing dengan nyala juluran lumen di sepanjang langit-langit.

Inilah kastel para Cortessian yang sebenarnya. Tak jauh berbeda dengan desa perguruan mana pun; dibangun dari alam, tapi berhiaskan keangkuhan yang melejit melampaui matahari.

Lorong itu menuju sebuah ruang rapat terbuka. Sebagian dinding padat berbatu, sementara sebagian lagi adalah pagar dinding dengan pilar-pilar raksasa. Hanya ada meja batu oval di tengah-tengah ruangan, dikelilingi kursi-kursi berpunggung tinggi yang mengitari sebuah pohon di tengah meja. Edwen tengah berdiri di dekat pilar, mengawasi Provinsi Stentin yang terpisahkan oleh hamparan laut.

ANTIROM: The Marionette ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang