Pesta harus usai lebih awal bagi Rayford, dan itu bukan masalah besar baginya yang tak suka pesta—kecuali kenyataan bahwa banyak sekali hidangan serba mewah yang tidak sempat diicip. Waktu belum menunjukkan tengah malam, tetapi Eran terbaring pingsan. Mereka kembali ke hotel dan kini Esma dalam perjalanan kemari ... oh, sepertinya dia sudah di sini.
Rayford mendengar suara derap kaki, bentakan kepada pelayan-pelayan, lalu pintu kamar dijeblak terbuka. Rayford sontak mengacungkan jari di bibirnya, tetapi sang Lady menudingnya dengan mata melotot. "Mengapa ini terjadi setiap kali ia bersamamu?"
"Apa?"
Esma menghampiri Eran dengan kalut. "Oh, Eran!" serunya. "Oh, lihatlah adikku, bukankah seharusnya dia bersinar malam ini?"
Rayford menghela napas. Reaksinya cukup untuk mengundang amarah Esma sekali lagi. Ia baru saja akan mendamprat kala Viktor Olliviare muncul di ambang pintu kamar.
"Esma, sudahlah."
Sang Lady menatap penuh kesungkanan kepada Viktor. "Maafkan saya, Sir Viktor. Anda harus jauh-jauh kemari untuk membantu adik kami sementara cecunguk ini sama sekali tak berbuat apa-apa."
Rayford membela diri. "Siapa yang mengancamku untuk tak melakukan apa pun dan merusak rencana kalian?"
"Sungguh, apa kau akan mendebatku sekarang?"
"Tidak ada yang tahu ini akan terjadi," sela Viktor jengkel. "Biarkan Rayford mengurus sisanya untukmu, Esma. Pastikan gadis itu baik-baik saja sekarang."
"Benar. Benar." Esma menarik napas dalam-dalam, menolak untuk sekadar menempatkan Rayford dalam wawasan pandangnya. Ia mengambil gelas air dan meneguknya, lalu mencengkeram tangan gadis itu. Asap hitam mulai merembes dari sekujur kulit Eran, berpilin di udara dengan lembut, kemudian terserap ke tubuh sang Lady.
Esma memejamkan mata dan menelusuri tiap jejak memori Eran dalam beberapa jam terakhir. "Dia baik-baik saja," ucapnya penuh kelegaan. "Dia pingsan karena syok, dan dia berhasil menemukan ... apa? Bocah? Siapa bocah ini?"
"Pengawal anak-anak dari ayahmu."
"Diam!" sentak Esma. Dia berusaha berkonsentrasi memelajari sisanya, bergumam membenarkan ucapan Rayford dengan enggan, lalu membuka mata saat asap hitam berhenti keluar dari tubuh Eran. "Seorang bocah melempar Eran dengan Energinya. Energi kami! Tetapi tidak lebih dari itu. Dia langsung pergi."
Viktor mengelus dagu. "Pengawal anak-anak dari Argent?" ulangnya. "Apa yang kalian kejar, Esma?"
Sang Lady ragu-ragu untuk menjawab. Rayford mengawasinya dengan kekesalan yang terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya waktu yang dilalui. Maka pria itu pun membuka suara, "Perang Dinasti di Nordale akan diadakan tahun depan, Viktor. Mereka tidak mau ada dua kubu Erfallen yang bergabung dan justru berperang sendiri selama itu."
Esma membeliak. Mulutnya bergerak tanpa suara: akan kubunuh kau.
"Begitu? Niklaus sepupuku juga mendapat tawaran yang sama," kata Viktor, mengejutkan seisi ruangan. "Dan aku tidak yakin kalian mampu menemuinya setelah pesta. Dia teramat sibuk. Salah satu dari kalian ikut denganku sekarang."
"Kau berhak menemuinya, Rayford," kata Esma tanpa jeda lagi. "Kau yang akan bertemu dengan Eddy setelah ini semua usai."
Rayford menelan ludah. Sang Lady tak mau menatapnya, lagi pula Viktor juga memberi isyarat agar Rayford mendekat. Ia membiarkan Viktor merangkul pundaknya.
"Kita akan kembali ke pesta, Nak, dan ... berhati-hatilah. Niklaus adalah seorang menteri. Dia selalu dikelilingi orang-orang yang perlu kau wanti-wanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIROM: The Marionette ✓
Fantasy[BOOK 4] "The price of romancing the death." ---------------------------- LAST BOOK OF ANTI SERIES (word count: 90k-95k words) ---------------------------- Rayford akhirnya menemukan tambatan hati yang tepat, tetapi untuk mencapai kegemilangan hidu...