[11.1] Kejutan di Erfaton

19 10 0
                                    

15, Bulan Putih. Tahun 1939.

Apartemen Esma terletak dekat jantung ibu kota, tempat mayoritas aristokrat muda memborong blok-blok mewah yang selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi rakyat maupun wisatawan, terutama di penghujung sore. Keramaian ini mengobati rasa rindu Rayford akan keriuhan kota yang biasa diselaminya selama bertahun-tahun, tetapi tidak dengan Eran yang harus menunduk terus-terusan saat melangkah. Ia berulang kali mengeluh pusing dengan mata yang berkunang-kunang, dan sayangnya ber-Etad pantang dilakukan. Ada puluhan dehmos yang tinggal di sini, dan sebagian dari mereka berafiliasi dengan Dinasti Cortess, baik secara langsung maupun sekadar rekan bisnis. Rayford dan Eran tak bisa memastikan, bahkan Esma, jika di antara mereka ada yang mengenal Argent atau tidak. Bagaimanapun juga Erfallen adalah klan pebisnis. Sudah pasti koneksi masing-masing anggotanya teramat luas.

Memang sebaiknya berhati-hati, bukan?

"Kita sudah sampai, belum?" tanya Eran saat Rayford menariknya bergabung dengan sekelompok orang yang menyeberang. Jarak yang saling berdempetan membuat gadis itu tegang. Ia refleks merapat kepada Rayford. "Hei, jawab."

"Sebentar lagi. Erfaton, kan?"

Saat gerombolan itu mulai melintasi jalan bersama-sama, Rayford mempererat genggaman di lengan Eran dan berjalan lebih cepat. Mobil-mobil mulai tidak sabar dan klakson saling menyahut. Asap kelabu mesin yang mengepul pekat menyebarkan aroma memualkan.

Tidak susah menemukan Erfaton. Berbeda dengan apartemen lainnya yang dengan bangga menonjolkan warna khas klannya, bahkan menanam tanaman dengan bunga-bunga warna sejenis, apartemen milik Erfallen tak membutuhkan semuanya. Gedung mereka menjulang paling tinggi, dengan pucuk-pucuk tajam pembelah langit, dan menghalangi sinar matahari mencapai seluruh jalan dan bangunan dalam bayang-bayang mereka, bagai kekuasaan lord jahat. Mobil-mobil tak pernah berhenti berseliweran di jembatan lobi untuk menjemput tamu-tamu penting, dan wisatawan meluber di luar pagar apartemen, mengagumi properti milik konglomerat terkemuka Nordale.

Namun, di atas itu semua, yang membuat Rayford tegang adalah kepulan asap hitam transparan di sekeliling apartemen.

Apakah mereka adalah veiler Edwen, atau suruhan Argent? Mengingat apartemen ini milik klan Erfallen secara keseluruhan, bukan salah satu pihak saja.

"Demi Tuhan." Rayford mengutuk kemewahan di depan matanya, berusaha mengalihkan perhatian dari armada veiler. "Apa kau juga tinggal di tempat semacam ini selama tujuh bulan?" tanya Rayford. Mereka nyaris saja melewati serangkaian administrasi yang teramat panjang, tetapi sang manajer mengenal Eran, dan membiarkan mereka masuk tanpa dampingan.

Rayford tak bisa berhenti menggeleng saat mereka memasuki lift apartemen Esma. Jeruji pagar berlapis peraknya berderak menutup, dan petugas liftnya mengenakan seragam beraksen perak di sabuk. Luar biasa. Rayford bergidik ngeri melihat kaca yang mengilap sempurna di balik punggung.

"Yah, sempat," jawab Eran setelah menimbang-nimbang cukup lama.

"Sempat?"

"Aku lebih suka tinggal di markas veiler."

"Itu lebih mencengangkan. Bagaimana bisa kau betah tinggal di tempat gelap dan penuh pria dewasa begitu?"

Tepat saat itu lift berhenti di lantai apartemen Esma. Lorong panjang yang terbentang di hadapan mereka hanya memiliki satu pintu di ujung, dan Rayford makin terheran-heran dengan seberapa luas apartemen yang tersembunyi di balik pintu. Lorong sepanjang ini bisa memuat setidaknya sepuluh pintu di apartemen biasa!

"Kau sungguh tak mau aku menginap di apartemenmu saja?" tanya Eran. "Aku bisa membantumu bersih-bersih, sungguh. Aku takkan berkomentar macam-macam kalau kau tersinggung ...."

ANTIROM: The Marionette ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang