Mengira pembicaraan mereka takkan diawasi jelas mustahil. Namun, Rayford sungguh tak menyangka akan selaan yang diterimanya. Seseorang menyambarnya segera setelah musik berakhir, dan Rayford tiba di genggaman seorang Lady. Rambut lurusnya tergerai panjang, wajah ovalnya berbingkai topeng kelinci emas, dan ... oh! Rayford tahu siapa, dan tak pernah sekali pun ia setegang ini saat menghadapi seorang Lady!
"Mencoba mempersuasi abangku?" Esma mendengus. Rayford tak bisa melepaskan cengkeraman Lady itu ketika musik kembali melantun dan mereka berputar pelan. Esma sama sekali tak memberinya kesempatan menoleh, mencari tahu di tangan siapa Eran sekarang berakhir. "Rayford Caltine, eh? Pahlawan kebanggaan kita akhir-akhir ini, tetapi kukira orang-orang sedang bosan saja hingga mengelu-elukan namamu sedemikian hebat. Semua juga bisa melakukannya."
Rayford, di luar dugaannya, sama sekali tak tersinggung dengan sambutan itu. Ia berusaha tersenyum santun. "Suatu kehormatan bagiku untuk bisa bertukar sapa denganmu, Lady Esma."
"Sudahlah. Kau takkan bisa membawa Eran kembali kepadamu."
"Aku tidak memintanya. Eran adalah kerabat Erfallen, dari apa yang telah kutahu, dan aku hanya menginginkan temanku untuk tidak lagi menghilang begitu saja dan meninggalkanku."
Esma menyeringai. Mereka berputar lagi dan sekarang Rayford melihat Eran tengah berdansa dengan seorang murid biasa. Baguslah.
"Coba sekali lagi dan barangkali aku akan mengubah keputusanku."
Tidak butuh waktu lama bagi Rayford untuk meramu kata-kata, seolah telah menyiapkannya sejak berbulan-bulan. Barangkali karena Rayford akhirnya memahami takdir yang selalu dikelilingi para bangsawan angkuh. "Aku tahu kau tidak seburuk bayanganku, Lady Esma. Kalau bukan karena Eran, mungkin saja aku masih mencoba mencari tuanmu. Tetapi sungguh, kau sebenarnya tak perlu alasan lagi untuk mengubah keputusan selain karena sudah mempertimbangkannya sejak awal."
"Tentu saja aku tak punya alasan untuk menghancurkan pertemanan yang bahkan tidak mengancam kami."
Kesantunan Rayford sekonyong-konyong memudar. "Apa syaratmu?"
"Sebaliknya." Esma tersenyum. "Kau yang ikut dengan kami, Rayford. Kau harus membayar perbuatanmu yang meminjam saudari kami tanpa izin, meski untuk keperluan yang amat mulia."
Seandainya Rayford tidak berkonflik dengan batinnya, sepatah kata penyanggupan akan terucap sekarang juga. Namun, mulutnya yang spontan terkatup rapat dan mata yang membeliak adalah tanda-tanda yang tak terelakkan lagi.
Cemoohan sang Lady membungkam Rayford. Jemarinya yang lentik memang berlabuh di pundak pria itu, tetapi ia merasa sang Lady tengah menancapkan kuku-kuku tajamnya. "Kau tahu, Rayford," ujarnya penuh kemenangan, seakan berhasil menemukan kelemahan pahlawan baru dinasti. "Seorang pria sejati takkan mengabaikan utang dan hanya mau menikmati kesenangan hidup."
Menikmati kesenangan hidup? Apa Esma mengira Rayford bersenang-senang selama ini?
"Kau tidak tahu—"
"Temui abangku esok di Parasian," sela Esma. "Katakan itu padanya secara langsung."
Rayford mengira obrolan itu singkat, sementara ia tak mengingat ketegangan berlapis yang tengah merayapi, sehingga ketika musik berakhir dan Esma melebur menjadi asap, Rayford terbengong-bengong di posisi.
Eran dengan cepat hadir kembali di hadapannya. Eran yang mengaitkan jemari mereka dan menyentuh bahunya telah menyadarkan Rayford. "Apa yang kalian bicarakan?"
Seiring dansa ketiga yang dilalui bersama, Rayford menjelaskan dengan singkat. Sang gadis terhenyak mendengarkan. Memohon sekuat tenaga melalui matanya, ia berbisik, "Kau tak bisa mengabaikan Erfallen."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIROM: The Marionette ✓
Fantasía[BOOK 4] "The price of romancing the death." ---------------------------- LAST BOOK OF ANTI SERIES (word count: 90k-95k words) ---------------------------- Rayford akhirnya menemukan tambatan hati yang tepat, tetapi untuk mencapai kegemilangan hidu...