Victory tengah duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselnya membaca semua chat yang masuk tanpa niat membalasnya, karena sebenarnya pikirannya tidak fokus pada layar ponselnya , entah menerawang kemana yang jelas hatinya sedang gundah, hingga keberadaan Jisoo dan Jin yang sedari tadi duduk di seberangnya bisa melihat kegundahan pria itu, namun mereka tak berani mengusiknya, karena mereka sudah menduga apa penyebab pria pemilik senyum kotak itu menjadi begitu seperti itu..
Suara derap langkah sepatu menuruni tangga mengalihkan atensi ketiganya, semua menoleh ke arah tangga termasuk Victory, yang langsung mematikan ponselnya dan menatap kehadiran seorang pria.
Jeon, pria yang baru saja turun dari lantai atas langsung menghampiri ketiganya tanpa ada niatan untuk duduk, dia menatap kearah Victory yang juga tengah menatapnya dengan tenang.
"Boleh aku bicara denganmu ?" Tanya Jeon kepada Victory yang langsung di angguki oleh pria itu.
"Kami kehalaman belakang ya .." ujar Jin seraya berdiri , diikuti oleh Jisoo, lalu keduanya segera berlalu dari ruangan Itu menuju kehalaman belakang yang bisa terlihat dari tempat mereka berada, dimana ada Nicole dan Hanna tengah bermain bersama pengasuh dan beberapa pelayan Jisoo lainnya.
Sepeninggalan Jin dan Jisoo Jeon segera duduk bersebelahan dengan Victory.
Suasana begitu canggung, keduanya sama sama tidak ada yang ingin memulai percakapan, namun tak berlangsung lama, keduanya terkekeh setelah mata mereka bertemu pandang, namun hanya beberapa menit saja kemudian mereka terdiam kembali, tak berselang lama tiba tiba bahu kedua pria dewasa itu bergetar menahan tawa, lama kelamaan menjadi gelak tawa yang begitu lepas, sungguh aneh bukan kelakuan dua pria tampan itu??"Lucu bukan? Kita ini harusnya bermusuhan .. paling tidak jontok jontokkan kan? Hehehe .." seloroh Jeon sambil terkekeh.
Victory pun ikut terkekeh menampilkan senyum kotaknya sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
"Sungguh kekanakan bukan?" Ujar Jeon lagi masih dengan kekehannya.
Kemudian dia terdiam, sambil menatap kearah Victory yang juga sudah memandanginya dengan senyum tipisnya
"Maafkan aku .." ucap Victory akhirnya dengan tulus.
"Aku yang seharusnya minta maaf." Sela Jeon
"Karena telah menghalangi cinta kalian, aku sungguh egois, dan tak seharusnya membuat Lily menderita karena merasa bersalah padaku, padahal akulah yang telah menyakitinya."
Victory hanya diam menyimak, karena merasa tak enak hati pada Jeon.
"Aku telah melakukan kesalahan yang sangat fatal dan tak pantas untuk sekedar mendapat maaf darinya, tapi lihatlah .. dia bukan hanya memaafkan aku, tapi wanita polos itu masih saja memikirkan kebahagiaan dan kebaikan laki laki bodoh ini." Rutuk Jeon pada dirinya sendiri.
Victory tersenyum mendengar penuturan Jeon, memang benar yang dikatakan laki laki bergigi kelinci itu, Lily memang wanita berhati lembut yang pemaaf dan penuh kasih sayang, itulah sebabnya dia begitu mudah memaafkan Jeon dan masih mengkhawatirkannya, kalau wanita lain mungkin sudah gak peduli.
"Aku sangat bodoh tak mensyukuri keberuntungan ku telah memiliki nya, setelah dengan perjuangan yang keras, begitu bersusah payah demi mendapatkan cintanya, tapi dengan mudahnya aku menghancurkan segalanya hanya karena rasa penasaranku yang tak berdasar pada wanita yang justru pernah menyakitiku, bodoh bukan?"
Jeon tertawa miris, hatinya kembali terasa sesak, namun akhirnya dia menghela nafas panjang dan menghembuskan dengan perlahan menandakan perasaannya sedikit lega setelah menuangkan isi hatinya.
Jeon menatap Victory seraya menepuk bahu pria itu.
"Sekarang keberuntungan itu berpindah padamu, aku tahu kau pernah terpaksa melepaskannya demi kebahagiaan orang lain, sekarang bahagiakan lah dia, dan jangan pernah melepaskannya meski apapun yang terjadi." Ucapnya begitu tulus kepada Victory.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌷My Lily🌷 || Taelice || END
RomanceKisah seorang wanita cantik berprofesi sebagai guru sekolah dasar, dia sudah menikah dan mempunyai seorang putri berusia 5 tahun. wanita mandiri yang sederhana, mempunyai sifat yang sangat lembut, ramah dan murah senyum, setia dan penyabar, namun...