18 ** Jangan Pergi **

1.5K 125 11
                                    

"Brakk!"

Tzuyu terlonjak kaget saat dia hampir saja terjengkang karena Jeon membuka pintu dengan menggebrak kencang, posisinya yang berada di balik pintu tentu saja membuatnya sedikit memundurkan kakinya agar tidak terkena pintu.

"Apa apan kamu Jeon?!" Pekik nya marah.

"Kamu yang apa apan hah?!" Jeon mendorong tubuh Tzuyu dan menghimpitnya ke tembok.

Sorot Mata pria itu begitu berkilat dan tajam membuat Tzuyu bergidik.

"Apa yang kau lakukan Jeon?" Suara Tzuyu tercekat Kala tangan kekar Jeon mencekal pipinya.

"Apa yang kau lakukan di rumah ku hah?!!! " Tanya nya dengan amarah yang meluap.

Tzuyu terhenyak, namun dia tahu benar apa yang dimaksud Jeon, sadar hal ini pasti akan terjadi, lalu dengan keberanian dia mengatakan apa yang sudah di lakukan

"Aku hanya memberinya kejutan, kalau kau akan menjadi ayah dari anakku."

Jawaban cepat Tzuyu tentu saja membuat nya kaget. Tubuhnya melemas , cekalan pada pipi Tzuyu pun terlepas.

"a ap apa maksud mu Tzuyu?.. kau jangan berbohong SIALAN!!!!" Pekiknya sambil memukul Dinding yang berada di sisi wajah wanita itu.

Tzuyu memejamkan matanya takut.

"Jawab!!"

"Aku tidak bohong." Tzuyu membuka matanya dan menatap retina Jeon tanpa ragu.

"Arggghhhhhhhh...!!!!!! "

Jeon berteriak seraya menjatuhkan dirinya berlutut di kaki Tzuyu, tangannya meremas rambutnya dengan penuh kekecewaan, rasa kecewa pada dirinya sendiri akan kesalahan fatal yang sudah sangat ia sesali.

Melihat itu hati Tzuyu sedikit iba, dia tak menyangka Jeon akan begitu seputus asa seperti itu. Namun apa boleh buat, dia harus menyampaikan kebenaran itu bukan?.

"Aku sudah hamil 4 Minggu , itu yang dokter bilang padaku " ucap Tzuyu tenang, tak menghiraukan Jeon yang sudah menangis dengan beruraian air mata karena mengetahui apa yang menjadi kekhawatirannya sekarang menjadi kenyataan

Tzuyu beranjak dari situ dan mengambil sesuatu dari laci bufet. Dan menyerahkannya ke hadapan Jeon yang duduk berlutut.

Dilemparkannya barang itu ke hadapan Jeon.

"Aku tak berbohong, kau bisa membaca hasil lab ku. Dan ku harap ... Kau tak lari dari tanggung jawabmu."

Setelah berkata seperti biru, Tzuyu beranjak pergi ke dalam kamar meninggalkan Jeon sendiri.

Jeon memandangi sebuah amplop yang berstempel sebuah rumah sakit bersalin. Perlahan tangannya meraih amplop itu. Lalu dia membuka dan membaca nya.
Tangannya mendadak bergetar setelah tahu apa isi surat itu. Kertas itu terlepas dari tangannya.

Dengan lunglai dia menjatuhkan kepalanya kelantai, dia bersujud sambil menangis sesegukan.

"Maafkan aku Lily .. maafkan aku ... hiks .... " Sesalnya dengan suara tertahan.

"Lilyyyy .. jangan tinggalkan akuuuu sayaaaaang .... maafkan aku Lilyyy .. Hiks hiks.... " Dia menagis meraung memanggil nama Lily.

Jeon terlihat menyedihkan, tubuhnya bersandar pada dinding sambil memeluk kedua lututnya, wajahnya mendongak ke atas dengan mata terpejam yang beruraian air mata. Dunianya seakan berhenti, nafasnya memburu seiring tangis Penyesalan yang mengalun pilu dari mulutnya.

Sementara Tzuyu, dia mendengarkan tangis kehancuran seorang Jeon dengan berlinangan air mata. Saat masuk tadi, dia tak menutup rapat pintu kamarnya , dengan bersender di balik dinding kamarnya dia mendengarkan apa yang pria itu ucapkan ditengah tengah tangisnya.

🌷My Lily🌷 || Taelice || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang