Wang yi kalang kabut, faktanya keberadaan gadis itu sekarang tidak ia ketahui. Ia juga mengamuk pada yixing kenapa ia bisa kehilangan jejak Nayeon, bukankah ia sudah memperingatkan untuk tidak lengah barang sedikitpun.
Yixing bungkam, memang nyatanya ia yang kecolongan. Ia tidak bisa berurusan dengan kepolisian terkait kasus penculikan, apalagi dengan identitas Nayeon, bisa terbongkar rencananya dan ujung-ujungnya ia yang jadi sasaran.
Sedangkan di sebuah kamar, terlihat seorang gadis yang terbangun dari tidurnya, ia membuka matanya perlahan, setelah itu menyingkirkan sebuah lengan yang memeluk badannya dengan hati-hati.
Nayeon tak terkejut, ia sudah menduga siapa lagi kalau bukan sehun, bahkan deru napas pria yang teratur dan hangat itu terus menerpa lehernya.
Tinggal sedikit lagi Nayeon berhasil lepas dari kukungan pria itu, tapi mimpi hanya mimpi, ketika tangan sehun malah menambah pelukannya. Diam-diam sehun tersenyum bahkan ia mendusel-duselkan hidung mancungnya ke leher Nayeon.
"Ya, oh sehun aku yakin kau sudah bangun? Lepaskan tanganmu," Kata Nayeon.
"Aku tidak mau, nanti kau pergi lagi bunny," Jawab sehun dengan mata yang masih terpejam.
"Tentu, aku harus pergi. Kau menculikku. Ingat itu!" Cerca Nayeon.
"Kalau kau tidak aku culik, aku tidak yakin kau akan datang menemuiku dengan sukarela," Jawab sehun, Nayeon menghembuskan napasnya pelan.
Jujur saat ini ia berusaha untuk terlihat santai padahal sebenarnya ia sudah takut setengah mati sekarang, semenjak ia mengenal Sehun ia tahu paling sedikit tentang sifat pria itu, paling tidak jangan pancing emosinya.
Bunyi perut Nayeon yang berbunyi mengundang tawa sehun, sedangkan gadis itu hanya memalingkan wajahnya kesamping, sehun melepaskan pelukannya dan sebelum bangkit dari tempat tidur ia sempat mencuri ciuman dari bibir Nayeon.
"Sebenarnya aku tak ingin melepaskanmu barang sedetik saja bunny, tapi tak apa demi kesehatanmu kita akan makan," Kata sehun melihat wajah Nayeon yang menatapnya kesal.
"Mandilah, aku akan meminta pelayan untuk mengantarkan makanan," Kata sehun mengusap kepala Nayeon
"Makan disini?"
Sehun menganggukan kepalanya.
"Tidak mau, apa kau berniat mengurangi tuan?" Tanya Nayeon tak terima.
Sehun yang awalnya akan menghubungi pelayan, menghentikan aktivitasnya ia menoleh kebelakang.
"Tuan?" Ulang sehun dengan satu alis terangkat, sudut bibirnya juga membentuk lekukan.
"Dulu kau memanggilku oppa, kalau sedang marah atau merajuk kau akan memanggil namaku atau sebutan tuan muda, dan sekarang Tuan?" Kata sehun tak percaya.
"Kita bukan orang asing bunny, ingat itu," Ucap sehun tajam dan tak Terima.
"Hubungan kita sudah berbeda, semenjak,,,_"
"Malam itu," Lanjut sehun, Nayeon meremas tangannya kuat dari balik selimut Nayeon mengangguk.
"Im Nayeon sudah mati, dan aku adalah im hana," Ucap Nayeon.
Sehun tertawa," Apa kau begitu menyukai nama yang diberikan oleh bajingan itu, aku sudah lama bersabar untuk tidak membunuhnya," Kata Sehun duduk di sebuah sofa yang ada dikamar itu.
"Kau tidak boleh membunuhnya, dia sudah menyelamatkanku kalau tidak,,,_"
"Menyelamatkan?! Dengan cara membawamu pergi begitu! Dari dulu dia selalu merebut apa yang menjadi milikku, kali ini tidak akan," Kata sehun yakin ia berdiri mengambil kemejanya dan memakainya asal setelah itu ia hanya menarik lengan kemejanya sampai siku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO MONSTER (End)
أدب الهواةSudah lama tidak bertemu denganmu," ujar pria beriris mata tajam terseyum hangat pada wanita yang berdiri dua langkah di depannya. "Apa kau merindukanku seperti aku merindukanmu?" lagi-lagi pria itu bersuara dengan penuh pengharapan di sana. Namun...