45. HILANGNYA GADISA

122 14 0
                                    

45

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

45. HILANGNYA GADISA

***

Vega terus saja menghubungi putrinya yang tak kunjung pulang, sampai langit gelappun putrinya belum juga menampakkan batang hidungnya.

“Kamu kemana si sayang? Kok jam segini belum pulang juga.”

Vega mulai uring-uringan tak jelas, dirinya seperti setrika panas. Ia memutuskan untuk ke kamar putrinya, dan nada dering ponsel berbunyi nyaring di atas meja belajar Gadisa.

“Ya Tuhan, lindungilah di manapun putriku berada.”

“Mama, kenapa ada di kamar Kak Disa?” tanya Raju di depan pintu.

Laki-laki itu sepertinya baru bangun dari tidurnya.

“Ponsel kakakmu terus berbunyi, makanya Mama ke sini.”

Raju mengangguk tanda mengerti, “Kak Disa, di mana?”

Vega menggenggam ponsel Gadisa erat, lalu menghampiri putranya.

“Kakakmu sedang menginap di rumah temannya, tidak mengantuk?”

“Baiklah, Raju akan kembali ke kamar. Menjaga Adik Gisela.”

Untung saja Raju langsung percaya, Vega tidak mau putranya ikut khawatir mendengar kakaknya belum pulang.

“Astaga hujan deras lagi, kamu di mana si sayang?” Vega membatin.

Hujan beriringan dengan petir menggelegar di luar membuat Vega tambah cemas. Kepalanya sedikit pusing karena sejak pagi hanya beberapa soap makanan yang ia makan, akhirnya Vega memutuskan untuk meminum obat untuk menghilangkan pusingnya.

Pagi telah tiba, Vega terbangun dari tidurnya. Semalam dirinya sangat mengantuk selesai meminum obat, mungkin reaksi dari obatnya.

“Ibu kenapa tidur di sini?” tanya Nuri, salah satu art di rumah Vega. Vega tertidur di sofa bagian ruang keluarga.

“Saya ketiduran, Gadisa apakah dia sudah pulang?”

Nuri menggeleng, “Non Disa belum pulang, Bu.”

Vega memegang kepalanya yang kembali berdenyut.

“Ibu gak papa? Apa perlu saya ambilkan obat?”

“Tidak usah, Nuri.”

“Oh iya, Bu. Tadi Bapak nelpon, katanya lagi di bandara. Kata Bapak nggak usah dijemput,” ujar Nuri menyampaikan apa yang dibilang oleh Lavar.

“Oke, baiklah. Terima kasih, Nuri. Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu.”

Nuri mengangguk patuh.

***

G A R I S [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang