38. BUKAN GARIS

231 35 8
                                    

38. BUKAN GARIS

“Seseorang tidak sadar akan kesalahannya yang ia perbuat sebelum, penyesalan menghampirinya.”

***

Pindahnya Gadisa membuat tangisan di rumah Electra pecah. Tak terkecuali Dara, wanita itu menangis tersedu-sedu melihat putrinya akan pergi dan kembali ke ibu kandungnya. Bukannya  Dara tidak setuju, namun ia belum siap untuk ditinggal pergi apa lagi ia tahu bagaimana kondisi Gadisa yang sebenarnya.

“Kamu yakin mau ninggalin Buna, sayang?” tanya Dara disela tangisnya.

Gadisa yang berada dalam pelukan Noe mengangguk kecil.

“Apa yang membuat kamu mau pindah dan tinggalkan, Buna?”

Gadisa menatap Noe sebentar lalu menggeleng kecil. Tangisan Dara semakin menjadi, kenapa dengan putrinya? Tapi, ia tidak boleh egois ini semua sudah keputusan Gadisa.

“Buna gak mau egois, jika itu kemauan kamu Buna ijinkan. Tapi, kamu sering-sering ke sini ya sayang?”

Gadisa mengangguk kecil, sebelum dirinya pergi ia memeluk sang Buna yang selalu memberikan kasih sayang sepenuhnya dan merawatnya selama 5 tahun lebih ini. Memeluk Bara yang menjadi ayah terbaik baginya, menuntut dirinya untuk berperilaku baik kesemua orang dan mengajarkan dirinya hal-hal yang berguna untuk masa depannya nanti.

“Ayah.”

Bara mengangguk, ibu jarinya menghapus pipi basah sang putri.

“Disa ijin pergi, jaga kesehatan kalian ya? Jangan khawatirkan Disa, Disa pasti bisa jaga diri dengan baik.”

Bara memeluk sang istri dan putrinya, memeluknya begitu erat. Bara tahu bagaimana hati istrinya sekarang. Sejak dulu menginginkan anak perempuan namun mereka belum dipercayai, sehingga pada dasarnya mereka dikirimkan malaikat cantik secantik putrinya yang mampu mengubah senyum sang istri.

“Jaga dirimu baik-baik.” Pesan Bara mencium puncak kepala Gadisa dengan lembut.

Gadisa mengangguk seraya tersenyum manis kepada dua orang yang berhati malaikat di hadapannya.

Noe menghantarkan Gadisa sampai dikediaman Lavar. Vega tersenyum bahagia melihat kedatangan sang putri.

“Kakak cantik!” seru Raju langsung memeluk Gadisa dari depan.

“Cala!” balas Gadisa menyamakan tinggi badannya dengan Raju.

“Wah kakak cantik mau tinggal di sini?” tanya Raju saat melihat beberapa koper yang dibawa oleh Gadisa.

Gadisa menatap Vega dan Lavar secara bergantian lalu mengangguk dengan senyum manisnya.

“Yeyy! Cala punya teman buat jaga Dede Gisela!”

Vega sudah melahirkan dengan putri cantik yang mirip dengannya. Bahkan sangat mirib dengan Gadisa, hanya saja rambut Gisela sedikit pirang.

“Ayo nak Noe masuk dulu,” ujar Vega mempersilakan Noe untuk masuk.

***

G A R I S [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang