42. KRAY LAGI

102 16 0
                                    

42

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

42.  KRAY LAGI

“Kenapa Tuhan menciptakan gadis malang seperti Gadisa? Berikan dia kekuatan, sebelum aku meninggalkannya.”

***

Selepas kepulangan Heri dari rumah sakit, dia harus beristirahat maksimal 3 hari.  Gadisa selama 3 haripun selalu menjaga Heri, dia sempatkan ke rumah Heri ketika sudah pulang dari sekolah.

“Besok udah bisa sekolahkan Dis?” tanya Heri menatap Gadisa yang sedang menatap dirinya diam.

“Udah bisa Her, tapi kamu gak boleh kecapean kata Dokter.”

Heri mengangguk dengan semangat. Menit selanjutnya hening. Tidak ada percakapan diantara mereka, hanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

“Dis—”

“Her—”

“Kamu duluan,” potong Gadisa cepat.

Heri mengangguk.

“Makasih udah jagain aku selama sakit, berhutang budi banget rasanya.”

Gadisa tersenyum lalu mengangguk samar. “Udah sore, aku pulang dulu ya? Jangan lupa minum obatnya,” ujar Gadisa.

“Disa?” panggil Heri ketika Gadisa sudah diambang pintu.

“Iya. Kenapa Her?” tanya Gadisa berbalik badan.

“Hati-hati,” ujar Heri.

Gadisa mengacungkan ibu jarinya sebagai tanda iya. Saat ingin menarik knop pintu, Heri kembali memanggil Gadisa.

“Boleh aku memeluk sebagai tanda terima kasih?”

Gadisa langsung menghampiri Heri, tanpa berkata apapun Gadisa memeluk Heri, diselangi tepukan pelan dipunggungnya.

“Terima kasih,” ujar Heri pelan.

“Udah ah, terima kasih mulu. Aku pulang ya?”

Heri mengangguk tipis. Setelah kepergian Gadisa, air bening jatuh dari kelopak matanya.

“Kenapa Tuhan menciptakan gadis malang seperti Gadisa? Berikan dia kekuatan, sebelum aku meninggalkannya.”

Heri memutuskan untuk beristirahat, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur menatap atap rumahnya sebentar, sebelum menutup mata secara perlahan.

***

Titin memegang perutnya yang semakin hari semakin membesar. Kini kandungannya masuk bulan ke 8, membawa si kembar ke mana-mana tidak pernah Titin mengeluh kesakitan sedikipun. Ia juga tidak pernah ingin merepotkan Wayan, cukup Wayan menanggung malu saja karena sudah bertanggung jawab atas bukan yang ia perbuat.

G A R I S [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang