G A R I S [END] ✔

19.TUNANGAN?

19. TUNANGAN?

“Cewek jutek bukannya sombong. Cewek ramah kesemua cowok bukannya murahan. Jadi para cowok jangan menilai para cewek dari covernya saja.”

—Via Inces Maheswari—

“Cowok suka ngegame jangan dibilang gak peka. Karena di sanalah mereka mencari hiburan bukan lari cari selingkuhan.”

—Extha Brabukencana—

***

Di sinilah Gadisa berada, di sebuah gedung yang kaya akan banyaknya buku. Buku dari ukuran kecil, sedang dan besar berjejeran sangat rapi. Sejak bersekolah inilah menjadi tempat favoritnya. Tempat yang membuat dirinya nyaman.

Duduk sendiri tanpa ada sahabatnya. Gadisa lebih suka sendiri untuk berkunjung ke tempat nyaman ini. Sinar cahaya tembus dari celah korden  mampu membuat hatinya tenang. Tidak ada kebisingan sedikitpun.

“Eh, eh kamu!”

“Saya bu?”

“Iya kamu, masak saya panggil monyet di kebun binatang kan gak lucu!”

Laki-laki dengan pakaian jauh dikatakan rapi itu menghampiri petugas perpustakaan. Baju yang ia pakai tidak terkancing hanya memperlihatkan baju polos hitam di dalamnya. Satu tangan berada di dalam saku celananya dan berjalan dengan angkuh.

“Kamu Garis! Tumben ke sini?”

Garis sebelum menjawab ia menulusuri semua area perpustakaan lalu menemukan yang ia cari sedang duduk sendirian, lalu senyumnya terbit dan menampakan lesung pipitnya.

“Mau ketemu calon istri saya dong bu.” Garis menjawab dengan nada pelan, seperti berbisik.

Petugas itu menaikan satu alisnya lalu pandangannya mengikuti arah pandang Garis lalu ia tersenyum.

“Itu adik kamu Garis. Tapi, kalo dilihat-lihat kalian sangat cocok! Ibu dukung kalian.”

Garis semakin mengembangkan senyumannya lalu mengangguk mantap.

“Sebelum menghampiri calon istri kamu, kamu isi ini dulu!”

Petugas itu memberikan daftar hadir pengunjung perpustakaan lalu Garis mengisinya dan menghampiri sang gadis.

“Jomblo nih ye,” ujar Garis menggoda Gadisa.

Gadisa yang asik membaca sebuah novel kesukaannya menoleh kesumber suara.