34. SALAHKAN NADIA

219 32 4
                                    

35

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

35. SALAHKAN NADIA

"Menyatukan dua orang asing tanpa ikatan darah dan menjadikannya sedekat nadi."

—Titin Lovelyana—

***

Di hari minggu yang cerah ini Titin bangun pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untuk Wayan. Ia berkutat di dapur dengan ruang minimalis itu, tangannya dengan cekatan mengahapus setiap tetes keringat yang membanjiri keningnya. Cukup melelahkan dengan perut yang buncit apa lagi ada tiga janin sekaligus. Tidak pernah terpikirkan bahwa dirinya hamil tiga sekaligus.

Tahu dengan kecap manis dan ayam goreng sudah tersaji di atas meja. Kakinya mulai mendekati kamar tempatnya tidur bersama sang suami.

"Yan, bangun yuk makanannya udah jadi."

Wayan yang sangat anteng menikmati bawah sadarnya mulai menggeliat. Membuka matanya perlahan lalu tersenyum manis melihat sang istri duduk di sampingnya. Ia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

"Cantik banget sih," ujar Wayan mengusap pipi Titin dengan lembut.

Sedangkan si empu tersenyum dengan rona merah dipipinya. Berumah tangga dengan Wayan mendatangankan kebahagiaan setiap harinya. Wayan yang selalu ada untuknya, menerima ia apa adanya dan selalu memuji dirinya setiap hari.

"Puji aja terus, nanti kalau udah terbang malah dihempaskan," balas Titin.

Wayan mendekatkan tubuhnya kepada sang istri, mengusap perut buncitnya dengan usapan yang penuh kasih sayang.

"Cepet lahir ya anak ayah, biar kalian bisa liat bidadari yang melahirkan kalian."

Rasanya ada kupu-kupu yang berterbangan diperutnya. Sungguh semakin hari Wayan semakin manis. Tidak ada bosan-bosannya membuat hatinya berdebar tatkala seuntai kalimat yang terus keluar dari mulut sang suami.

"Kalau udah lahir jangan kayak ayah ya? Suka gombalin bunda setiap hari."

Wayan menggeleng, "Harus kayak ayah dong, bertanggung jawab dan bekerja keras untuk kalian. Kalian sehat-sehat ya di sana jangan buat bunda lelah."

Ah kenapa manis sekali? Walaupun agak geli jika saling menyebut ayah dan bunda. Tapi memang kenyataannya mereka akan menjadi seorang ayah dan bunda. Kehamilan Titin sudah masuk bulan keempat. Sudah sangat nampak apalagi di dalam sana ada tiga cabang bayi.

"Kapan makannya kalau kamu terus godain anak kita!?"cecar Titin mulai kesal kepada sang suami.

Wayan mengacak rambut Titin gemas lalu beranjak bangun, masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Acara makan telah selesai mereka sudah bersiap-siap ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kehamilan Titin. Selama Titin hamil tidak ada dampak mengidam, hanya saja Titin terkedang ia mengeluh karena perut besarnya sering keram.

G A R I S [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang