43. PENJELASAN

119 15 0
                                    

43

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

43. PENJELASAN

Kita manusia yang akan pernah merasakan namanya lelah, marah, dan emosi yang tidak bisa distabilkan.”

***

Setelah meninju perut Garis, ralat Kray dalam tubuh Garis. Gadisa tanpa sepatah katapun pergi bersama Heri meninggalkan keramain yang tak jelas itu.

“Mau mempermalukan gue? Sorry say lo gak bakal bisa,” ujar Gadisa dalam hati.

“Apa aku punya kesempatan buat di hati kamu, Dis?”

Tiba-tiba Gadisa berhenti, melepaskan cekalan tangannya dari Heri. Gadisa menghembuskan napasnya pelan, ok Gadisa lo gak boleh emosi. Tenang, dan hembuskan napas lo pelan-pelan.

“Her—” Gadisa menjeda omongannya, memegang kedua bahu Heri kuat. Menatap manik mata di depannya itu dengan ketenangan.

“Dengerin aku baik-baik, pasang kedua telinga kamu dengan jelas. Ini terakhir kali aku menjelaskan bagaimana hubungan kita ke depannya.”

Gadisa melepaskannya, ia memutar badan 60 derajat dari posisinya saat ini. Menatap lapangan outdoor begitu luas, melirik Heri sekilas yang menatapnya penuh kelembutan.

“Aku dan kamu itu sahabat Her. Hanya sebatas sahabat. Kalo kamu ingin hubungan ini lebih, hilangkan mulai sekarang atau kamu bakalan kehilangan aku bahkan Via. Kita udah bersahabat selama ini, jangan hancurkan karena keegoisan kamu, Her.”

Heri menghembuskan napasnya lalu mengangguk tanda mengerti. Oke, tidak ada kesempatan lagi.

“Oke, aku mengerti. Kita masih sahabatkan?”

Gadisa mengangguk samar, lalu pergi begitu saja. Hati Heri mencelos begitu saja, dia tidak akan pernah bisa di hati Gadisa tapi masih saja ingin mencoba.

Bruk! Gadisa tak sengaja menabrak seseorang. Ini dirinya tak sengaja, atau orang dihadapannya sengaja menabrak dirinya? Pasalnya seperti disengaja. Saat melihat siapa, ternyata Erika.

“Eh, Erika.”

Erika menatap Gadisa dari atas sampai bawah.

“Bagaimana keadaan ibu kamu, Er?” tanya Gadisa basa-basi.

“Ibu aku sakit, sekarat, setres atau gila juga kakak gak bakal peduli! Semua karena Kak Disa yang masukin ibu ke sana, belum puas kak?” Suara Erika meninggi membuat Gadisa cukup terkejut.

“Er, ibu kamu itu ada gangguan mental. Emangnya kamu mau terus dipukuli dan berujung memar? Enggakkan?” Gadisa menasihati Erika pelan-pelan agar gadis itu tidak tersulut emosi.

G A R I S [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang