39. BERADU NASIB

231 33 43
                                    

39

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

39. BERADU NASIB

“Jangan pernah menyesali ciptaanya. Belajar menerima dan selalu bersyukur adalah kunci utamanya.”

***

“Nyari cowok yang mukanya kayak Balaram, sikapnya kayak Mail, hartanya kayak Eshan,  hatinya kayak Adit, humornya kayak Sepongebob, akhlaknya kayak Nusa, setianya kayak Nobita, kuatnya kayak Krisna itu nyarinya di mana ya? Kalo ada sherlock dong woy!”  ujar Via berseru kencang.

“Coba buka hp lo, buka aplikasi shoppe nah terus cari di sono. Siapa tau ada di sono yekan?  Yekan? Yekan?” usul Ziya.

“Kalau bakalan ada gue karungin!”

Orisa menggeleng kecil.

“Lo mau nyari cowok kayak yang lo sebutin tadi itu? Semuanya udah di borong sama Garis,” ujar Orisa.

“Disa lo pernah gak sih mikir kalo lo itu pacarnya ketua geng motor?” tanya Ziya.

Gadisa yang duduk di tengah-tengah menggeleng kecil.

“Gimana sih berada di posisi lo?  Punya pacar ketua geng motor, abang-abang lo cakep-cakep bener ya walaupun udah punya bini sih. Tapi gantengnya gak ngotak anjir,” ujar Dewanda berusaha bersikap seperti biasanya.

Ziya mengangguk tanda setuju dengan apa yang diucapkan oleh Dewanda.

“Semuanya gak seperti yang kalian bayangkan. Jika boleh memilih mending gue gak dilahirkan di dunia ini,” jawab Gadisa.

Semuanya terpengarah tak terkecuali Via.

“Lo ngomong apa sih Dis? Makin ke sini omongan lo gak pernah di jaga. Katanya lo juara umum, juara kelas tapi omongan lo gak pernah dicerna dulu.”

Via menatap Gadisa dengan tajam. Sedangkan Gadisa, perempuan itu menatap kosong di depannya. Mereka semua berada di tangga kelas yang menghubungkan antara jurusan IPA dan IPS.

“Percuma lo ikut semua perlombaan, dibanggain guru-guru karena kepintaran lo. Tapi lo masih aja kalo ngomong sering ceplas-ceplos gak jelas.”

Via memang gampang emosi. Apa lagi sekarang dirinya lagi pms.

“Lo gak boleh ngomong kayak gitu, Dis. Seharusnya lo bersyukur, bisa hidup dengan keadaan yang sangat cukup,” ujar Ziya.

Gadisa menggeleng lalu menatap satu persatu sahabatnya.

“Kalian gak bakal pernah ngerti bagaimana posisi gue sekarang! Kalian gampang ngomong ‘lo seharusnya bersyukur’ tanpa kalian tau hidup gue gak tenang. Hidup gue itu hancur, kenapa gue ngomong kayak tadi? Emang pantas. Seharusnya gue gak lahir dan gue gak bertemu dengan kalian sekarang!”

Plak!!!

Sebuah tamparan mendarat dipipi kiri Gadisa. Via menatap Gadisa dengan penuh kemarahan. Orisa, Ziya, Dewanda dan Ovi langsung bangun dari tempat duduknya.

G A R I S [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang