48. AKHIR DARI SEGALANYA [END]

444 19 1
                                    

48. AKHIR DARI SEGALANYA

"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, tapi kenapa perpisahan kita begitu menyakitkan?"

-Danior Garis Electra-

Hati-Hati di Jalan | Tulus 🎶

***

Kadang kala kita harus menyadari sesuatu terlebih dahulu. Seperti, roda yang berputar. Tidak selalu berada di atas, namun kita perlu menyadarinya berada di bawah juga. Selain roda yang berputar, setiap pertemuan juga akan bertemu dengan namanya perpisahan. Tentunya perpisahan memiliki arti bukan kabar baik, namun kabar buruk.

Tak semua hal atau masalah bisa kita ceritakan ke semua orang. Dan semua orang belum tentu mau mendengar cerita kita. Sepenuhnya bukan feedback baik yang kita dapat, melainkan adu nasib. Dari semua ini kita bisa ambil sisi positifnya, memendam rasa masalah tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif pada diri sendiri.

Orang lain terkadang pura-pura terlihat baik di depan kita, nyatanya mereka sangat rapuh. Di dalam keluarga yang tak pernah mendapatkan rasa kasih sayang, dalam persahabatan atau pertemanan yang tak pernah mendapatkan feedback baik dan dalam hubungan percintaan yang kurang beruntung. Begitu bertubi-tubi bukan?

Kini Via, sahabat dari Gadisa merenungkan diri. Menyesal karena tak pernah mendengarkan keluh kesah sahabatnya sendiri. Ia kira Gadisa mengeluh karena hal biasa, namun tak di sangka yang ia kira bahwa penyakit yang diderita oleh sahabatnya sudah sembuh nyatanya belum sembuh.

"Lo kenapa bohongin gue, Disa?"

Kalimat itu terus terucap dari bibir mungil si pemilik berambut pirang namun omongannya sering terkesan pedas dan membekas di hati.

"Ternyata lo lebih jahat dari gue, kenapa lo harus bohong?"

Via menangis tersedu-sedu, air matanya terus turun bagaikan air terjun yang tak pernah berhenti untuk turun. Mata sembab dengan rambut acak-acakan kini terduduk lesu di samping Orisa, sang sahabat.

"Kita do'ain yang terbaik buat Gadisa, jangan larut dalam kesedihan. Gadisa, sahabat kita itu kuat."

Orisa berbicara layaknya memiliki hati yang tegar, namun nyatanya ia sama dengan Via. Hanya saja, Orisa lebih memendam kerapuhannya. Jika ia tak menguatkan Via, siapa lagi?

Via menggeleng dengan kedua tangan yang menumpu kepalanya. "Gadisa itu lemah, dia selalu terlihat baik-baik saja di depan kita. Perempuan egois! Dan keras kepala!"

Yang dikatakan oleh Via benar. Gadisa, perempuan yang egois, keras kepala dan selalu mengatakan bahwa dirinya selalu baik-baik saja.

Keluarga Electra dan Lavar setia dan sigap menunggu Gadisa yang sedang melakukan operasi. Operasi berjalan sudah 2 jam lamanya, dan mereka menunggu lampu padam yang menandakan bahwa operasi sudah selesai. Namun, nyatanya operasi akan membutuhkan waktu berjam-jam.

Di dalam ruang operasi tidak hanya ada satu Dokter, melainkan tiga sekaligus. Dokter Merta, Dokter Nirwan dan Dokter Vega yang sering dipanggil dengan sabutan Dokter Ly. Vega akan berusaha semaksimal mungkin agar operasi berjalan dengan lancar, yang memiliki peran utama di sini adalah Vega karena ia merupakan Dokter spesialis bedah.

Kini Garis hanya bisa berdo'a agar operasi berjalan dengan lancar. Kedatangan Wayan dan lainnya membuat mereka berpaling.

"Senengkan lo liat Gadisa kayak gini?!" Garis bertanya dengan emosi dan amarah yang mencengkam.

G A R I S [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang