17. TENTANG RASA DAN BAHAGIA
“Kamu gak tau seberapa banyak orang menginginkan orang tuanya lengkap, dan setidaknya kamu harus menghargai mereka yang haus akan kasih sayang bukan cara kamu menghinanya.”
—Gadisa Werkudara—
***
Satu tamparan mendarat di pipi Nadia dan pelakunya adalah Garis dengan wajah yang memerah padam dan tatapan tajam bak elang yang ingin memangsa lawannya.
“Gue udah peringatin sama lo berdua jangan pernah main-main sama Gadisa!” Garis berujar dengan teriakan yang menggelegar di lorong koridor.
“Jangan harap gue menghasihani iblis kayak lo berdua, walaupun lo cewek atau cowok sekalipun.”
Nadia memegang pipinya yang berdenyut nyeri, Garis tidak main-main kepada siapa yang ia hadapi. Sedangkan Erika di tangani oleh Hito, laki-laki itu dengan sigapnya mengusap pipi Erika lembut.
“Aku diam bukannya takut Nad, udah cukup kamu menghina orang tua aku. Kamu bukannya menyakiti aku aja, tapi di luar sana juga sakit mendengarkan perkataan dan hinaan kamu!”
Gadisa sudah tidak bisa lagi memendam semuanya. Ia diam bukannya takut, tapi mereka semakin di diamkan semakin melunjak.
“Tapi semuanya berasal karena gara-gara lo!” Titin menunjuk Gadisa dengan jari telunjuknya lalu tangannya di tepis cepat oleh Garis.
“Kesalahan apa yang di buat Gadisa? Bukannya lo benci sama dia karena tolakan mentah dari Garis? Dan lo malah melampiaskannya kepada Gadisa, ‘kan?” ujar Via dengan senyum miringnya.
Titin langsung bungkam, tangannya yang berada di samping terkepal kuat.
“Gak habis pikir, gara-gara cowok lo menghina orang lain?” tanya Garis dengan gelengan kepalanya.
“Cara lo terlalu rendahan, apa perlu gue ajarin?” lanjut Garis.
“Jangan jadi manusia paling sempurna, karena pada dasarnya semua orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Mungkin kali ini keluarga lo utuh, tapi belum tentu masa depan lo terjamin,” ujar Orisa ikut angkat bicara. Sekali berbicara damagenya bukan main.
“Tahu aja ada isinya masak otak lo kagak ada? Ups,” cibir Via lalu pura-pura menutup mulutnya.
Nadia dan Titin semakin di pojokan, Ibay, Taki, Suno, Wayan dan Extha hanya sebagai penonton di belakang Garis. Bahkan Taki dan Ibay membawa cemilan di tangan mereka, apa mereka pikir sedang menonton bioskop?
KAMU SEDANG MEMBACA
G A R I S [END] ✔
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] GARIS sequel dari DARA'S by klisamelia Danior Garis Electra. Siapa tidak tahu dengan laki-laki berparas tampan itu? Ia dikenal sebagai rajanya panah. Tidak hanya dikenal sebagai rajanya panah, ia juga dikenal sebagai ketua...