Chapter 34

2.1K 429 63
                                    

Kabar kehamilan Alesha membuat keluargaku senang dan bersyukur, tidak hanya itu Papa David dan keluarganya yang di Jerman pun sangat senang, sebab anak kami merupakan cucu pertama dari keluarga Papa David.

Selama kehamilan Alesha aku lebih semangat bekerja dan sedikit bawel kepadanya, karena Alesha sedikit ceroboh dan aku tidak ingin dia dan bayinya kenapa-kenapa. Maka dari itu aku meminta Mbok Retno untuk selalu menjaga dan mengawasinya. Kadang juga Ummi dan kak Nasya berkunjung ke rumah untuk menemani Alesha sewaktu aku bekerja.

Kini usia kandungan Alesha sudah menginjak tujuh bulan. Perutnya semakin membuncit, dan kedua pipinya chubby, aku pun gemas melihatnya.

Aku menatap jam tangan sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, namun Alesha sedari tadi belum juga keluar kamar. Padahal hari ini kami akan menghadiri acara pernikahan sahabatku yakni Ilham. Dia menikah dengan anak sahabat dari Abinya yang berasal dari Jakarta bernama Widia. 

Karena penasaran kenapa Alesha tidak kunjung turun ke bawah, aku pun kembali ke atas pergi kamar. Betapa terkejutnya aku ketika membuka pintu kamar banyak pakaian abaya maupun gamis Alesha berserakan di atas kasur. Aku langsung menepuk jidat melihatnya, apalagi dia belum sama sekali ganti pakaian.

"Astagfirullah sayang, kamu belum ganti pakaian?" tanyaku sembari menghampiri.

Alesha mencebikkan bibirnya. "Gamis sama Abayanya nggak ada yang bagus By!"

"Nggak ada yang bagus gimana? Lihat itu gamis sama abaya kamu itu bagus semua." Aku langsung menunjuk ke arah abaya warna maroon dan abu-abu."Nih, abaya warna maroon sama abu-abu baru saja kamu beli minggu kemarin, kan? Masih bagus ini."

"Tapi By, aku mau pakainya long dress bahan brukat gitu lho yang warna pink. Aku punya, tapi sekarang udah gak muat. Soalnya aku gendut, heuuu....," Alesha berkata sembari merengek.

Aku langsung membuka lemari, memilih pakaian yang cocok untuk Alesha dan sekiranya muat di tubuhnya.

"By, ngapain?" tanya Alesha.

Aku tidak menjawab pertanyaan Alesha sebab sedang fokus memilih pakaian, terlihat gamis brukat berwarna biru muda dengan ukuran over size. Langsung aku pun mengambilnya.

"Sayang, pakai gamis yang ini saja. Kamu  cantik pakai gamis ini," ucapku sembari memberikan gamis brukat biru muda tersebut.

"Serius aku cantik pakai gamis ini?" tanya Alesha sembari mengambil gamis tersebut. "Nanti kalau gak muat, pasti dikatain jelek heuuu...."

Aku menghembuskan napasku perlahan."Siapa yang ngatain kamu jelek memangnya? Kamu pakai baju apapun selalu cantik dimata aku."

"Bener ya, aku cantik?" tanya Alesha. Aku pun hanya menganggukkan kepala.

"Ih By, ngomong dong kalau aku cantik, jangan ngangguk doang, kalau gitu aku jelek dong." Alesha pun mencebikkan bibirnya lagi.

Aku menangkup kan kedua tanganku di wajahnya sembari tersenyum. "Alesha Arora Imani Ghayda, istriku sayang yang salihah dan cantik, kamu selalu cantik dimata aku."

"Walaupun gendut lagi hamil gini tetap cantik?" tanyanya dengan mata berbinar cerah.

"Iya sayang kamu tetap cantik, buruan gih ganti bajunya, nanti telat datangnya," ucapku.

"Siap, yaudah tunggu ya By," katanya sembari berjalan menuju kamar mandi.

Aku pun menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Selama hamil Alesha berubah menjadi manja dan terkadang seperti anak kecil, tetapi aku memaklumi mungkin hormon Ibu hamil memang seperti itu.

***

Sejurus kemudian pukul 10.00 WIB aku dan Alesha baru saja tiba di Rumah Ranadi yang mana tempat akad dan resepsi pernikahan secara outdoor Ilham dan Widia. Setelah bertanda tangan di buku tamu undangan, kami pun segera masuk.

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang