Chapter 03

3K 664 161
                                    

Mungkin untuk sekarang cukup Allah yang tahu tentang apa dan bagaimana perasaanku saat ini. Karena bahagiaku yaitu masih bisa menyelipkan namamu dalam setiap doaku.

- Tasbih Cinta -
@nurhoiriah16_

🕊🕊🕊

"Alesha!" Aku sedikit berteriak memanggil nama gadis bermata biru itu, dia terus berjalan tanpa menengok ke arahku. Entah mengapa, aku takut Alesha salah mengartikan, jika aku belum move on dari Nadira, padahal aku sudah benar-benar move on darinya. Aku terus mengikuti Alesha, hingga akhirnya dia berhenti di tempat kasir restoran ini, lalu aku pun berdiri di sampingnya.

"Hafiz?" tanyanya dengan raut wajah bingung. "Kamu ngapain ikutin aku?" lanjutnya.

Aku terdiam sejenak memikirkan jawaban yang tepat, kalau aku mengatakan karena khawatir takut Alesha marah perihal perbincanganku dengan Nadira tadi di telpon akan sangat memalukan.

"Why Hafiz?" tanya Alesha lagi.

"Ah, enggak, saya mau bayar pesanan saya, Ilham dan Yusuf," jawabku diakhiri senyuman.

"Nggak usah, aku saja yang bayar, anggap saja aku traktir kalian," balasnya diakhiri senyuman.

"Tapi Alesha----" Belum selesai aku berbicara, Alesha langsung berbicara dengan kasir menanyakan nominal pesanan kami, lalu dia mengeluarkan kartu debit miliknya, dan membayar pesanan makanan kami.

"Sha, saya jadi nggak enak sama kamu, nanti saya ganti, ya." Aku berkata ketika Alesha sudah melakukan transaksi pembayaran pesanan makanan kami.

"No Hafiz! aku ikhlas kok." Alesha pun tersenyum, kemudian dia berjalan mendahuluiku menuju tempat meja makan kami.

Setibanya di sana Ilham, Yusuf dan Mba Tania mengucapkan terima kasih kepada Alesha. Aku menatap Ilham dan Yusuf bingung, padahal Alesha belum memberitahu mereka kalau dia yang membayar makanan. Kenapa mereka bisa tahu?

"Fiz, kamu nggak ucapin makasih buat Mba Alesha? Dia yang traktir kita lho," ucap Ilham.

"Iya Fiz, tadi waktu kamu angkat telpon, Mba Alesha pergi juga ke kasir. Mau bayarin makanan kita," imbuh Yusuf.

Aku menoleh ke arah Alesha yang sedang duduk di samping Mba Tania. Ternyata Alesha memang benar ingin membayar makanan kami, namun aku merasa sebelum dia pergi ke kasir, dia mengikuti dan mendengarkan pembicaraanku dengan Nadira.

"Sha, sorry, aku nggak bisa pulang bareng sama kamu. Suami aku udah jemput," ucap Mba Tania tiba-tiba.

"Suami?" tanya Ilham dan Yusuf bersamaan. Wajah mereka berdua terlihat kaget. Alesha dan Mba Tania pun tertawa melihat nya.

"Mba Tania udah nikah?" tanya Ilham penasaran.

Mba Tania tersenyum. "Alhamdulillah sudah. Kalau mau tahu ceritanya, bisa tanya Alesha ya. Saya pulang duluan ya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," balasku, Ilham, Yusuf dan Alesha bersamaan. Setelah kepergian Mba Tania. Ilham dan Yusuf langsung menatap ke arah Alesha, meminta Alesha bercerita soal Mba Tania sudah menikah. Sebenarnya aku hendak melarang kedua sahabatku itu, tapi Alesha pun menceritakannya.

"Tania itu teman kampusku waktu strata satu, kita satu kelas. Setelah kelulusan dia pulang ke Indonesia, dan menikah di sana dengan anak Kyai sewaktu dia pesantren. Umurnya sih sama, seangkatan juga. Nah, pada saat suaminya melanjutkan strata dua di Al Azhar, Tania ikut sama suaminya tinggal di imaroh yang berada di Hay Asyir. Pada saat itu Tania yang memberi kabar kalau dia tinggal di sana. Jadi, setiap aku pulang kuliah aku selalu ke imaroh nya, begitu," jelas Alesha.

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang