Chapter 11

2.1K 463 51
                                    

Allah tahu perasaanmu yang tak bisa kamu ucapkan kepada orang lain, duka yang kamu rasakan, dan rasa sakit yang kamu alami yang tak seorang pun tahu. Tetapi, janganlah berputus asa dan jangan pernah kehilangan harapan karena Allah selalu berada di sisimu.

-Tasbih Cinta-
@nurhoiriah16_

🕊🕊🕊

Pukul dua siang aku sudah tiba di rumah, sementara Nadira dan Amelia pulang menaiki taxi. Sebelum mereka memasuki taxi aku berpesan kepada Amelia, jangan terlalu sedih dan dipikirkan. Sebab aku sudah menganggapnya sebagai adik, jika dia butuh bantuan, selagi aku bisa Insya Allah aku akan selalu ada buat dia. Gadis itu hanya mengucapkan terimakasih dengan mata berkaca-kaca.

Ketika memasuki rumah, wangi aroma pisang yang sedang digoreng tercium. Aku segera menuju dapur. Ternyata Ummi sedang menggoreng keripik pisang tersebut.

"Yaampun Ummi, biar Hafiz saja yang mengerjakan ini semua. Ummi istirahat saja di kamar," ujarku.

"Gak papa nak, Ummi bosan gak ada kegiatan, lebih baik bikin keripik pisang ini. Oh ya, gimana interview nya diterima gak?" tanya Ummi sembari mengangkat keripik pisang yang sudah matang lalu meniriskannya.

"Alhamdulillah Ummi, besok Hafiz udah mulai ngajar."

Ummi mematikan kompor, kemudian tersenyum ke arahku. "Alhamdulillah nak, untuk seragam ngajarnya gimana? Tadi pagi kita belum beli lagi pakaian guru."

"Kata Pak Akbar, seragam nanti dikasih katanya biar samaan dengan guru-guru yang lain. Hafiz awalnya menolak, tapi beliau baik banget. Besok pakai kemeja juga gak masalah. Pakai seragam dinas itu hanya untuk hari Senin, lalu Jumat menggunakan batik. Selain dua hari itu pakaian kemeja juga gak masalah, Mi."

"Fiz, Ummi cuma berpesan, jadi guru yang amanah ya nak, harus sabar juga jika ada murid yang belum paham, ajari mereka dengan baik dan bersikap tenang, bimbing mereka, ya. Semoga ilmunya bermanfaat buat murid-murid kamu."

"Aamiin allahumma aamiin...."

Setelah itu aku dan Ummi memasukan keripik pisang yang sudah ditiriskan dicampur ke dalam bumbu balado, keju dan cokelat, lalu dibungkus dengan kemasan plastik putih untuk sementara. Aku pun mencoba memakannya, dan rasanya enak sekali, jadi tidak sabar untuk menjualnya. Rencananya besok tiga rasa keripik pisang itu akan kubawa ke sekolah untuk dititip di Ibu kantin. Lalu Ummi akan menjual di warung tetangga. 

***

Pukul setengah tujuh pagi aku sudah berada di sekolah SMA Islam Al-Fajar. Ketika sampai di gerbang sekolah, aku langsung disambut oleh satpam yang mengantarku menuju ruangan kepala sekolah. Satpam itu bernama Pak Yono, saat pulang interview aku berkenalan dengannya. Pak Yono sudah lama berkerja di sini, dari pertama kali sekolah ini dibuka.

"Selamat ya, Pak Hafiz, akhirnya ngajar di sini juga," ucap Pak Yono menghampiri.

"Alhamdulillah terimakasih Pak, panggil Hafiz, aja, Pak," balasku diakhiri senyuman.

"Ah, nggak enak saya, masa panggil guru nama, panggil Pak Hafiz saja kan lebih sopan."

Aku pun tersenyum mendengarnya. "Yasudah Pak, terserah Bapak saja." Kemudian aku membuka bagasi motor, dan mengambil satu kantong keripik pisang yang berada di dalam kantong kresek hitam berukuran cukup besar.

Pak Yono mengernyitkan dahinya. "Banyak amat Pak, keripik pisangnya. Pak Hafiz mau jualan?"

"Iya Pak saya mau nitip Ibu Kantin, sama ini bagi-bagi buat para guru dan kepala sekolah." Kemudian aku menyerahkan tiga bungkus keripik pisang berbagai rasa itu kepada Pak Yono. "Ini buat Bapak."

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang