Chapter 02

4K 678 123
                                    

Cara move on yang paling baik itu mendekatkan diri kita kepada sang pemilik hati kita. Cintailah segala sesuatu atas dasar cinta karena Allah, dan berharaplah hanya kepada Allah.

-Tasbih Cinta-
@nurhoiriah16_

🕊🕊🕊

Biasanya aku pulang dari Math'am jam lima sore atau saat menjelang Maghrib, namun karena hari ini banyak sekali pelanggan, aku pulang sehabis Isya. Dari Math'am menuju imaroh aku selalu berjalan kaki. Sebab jaraknya cukup dekat.

Pertemuannya dengan Alesha membuatku tersenyum sepanjang jalan, gadis itu lucu menurutku, namun pemikirannya sangatlah dewasa.

Setibanya di imaroh. Aku melihat Ilham dan Yusuf sedang berada di ruang televisi. Aku menyapa mereka sebentar, kemudian pergi ke kamar mengambil pakaian dan handuk, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Kamar mandi di imarohku hanya ada satu dekat dapur. Dan peraturan yang kubuat di sini, kamar mandi harus selalu bersih dan air sudah terisi penuh.

Usai membersihkan diri, aku menghampiri kedua sahabatku ini, Ilham dan Yusuf. Mereka sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Dimana ketika aku kesusahan mereka selalu ada dan membantuku. Persahabatan kita memang dimulai sejak awal masuk kuliah, tetapi rasa kekeluargaan kita semakin kesini semakin erat. Apalagi kita jauh dari keluarga.

"Fiz, ada berita yang menghebohkan kampus kita, seorang gadis keturunan Jerman-Indonesia, dia mendapatkan nilai cumlaude. Strata dua lagi. Masya Allah banget....," ucap Ilham antusias.

"Dia baru menyelesaikan tesisnya, Fiz. Mungkin bentar lagi tuh cewek wisuda. Dan aku salut aja gitu, katanya pendidikan selalu dinomor satu kan," imbuh Yusuf.

"Masya Allah bagus dong, memangnya siapa namanya?"

"Siapa Suf, tadi namanya? Lupa aku!" kata Ilham.

Yusuf nampak berpikir mengingat-ngingat. "Aku ingat! Namanya Alesha Arora Imani Ghayda. Masya Allah banget Mba Alesha...."

Aku terkesiap mendengarnya. Apa dia Alesha yang bertemu denganku?

"Nih Fiz, orangnya yang ini cantik banget Masya Allah, apalagi matanya biru." Ilham berkata sembari menunjukkan foto Alesha yang berada di sebuah website.

"Masya Allah Alesha...." Aku pun terkejut sekaligus senang, pantas saja ketika dia berbicara kata-katanya selalu bijak, pemikirannya dewasa, sebab dia berpendidikan tinggi.

Ilham mengernyitkan dahinya. "Kamu kenal, Fiz? Kok malah senyum-senyum?"

"Iya, ternyata dia gadis bermata biru yang kasih aku tasbih minggu kemarin di halte."

"Masya Allah...." Ilham dan Yusuf berkata bersamaan.

"Jangan-jangan dia jodoh kamu, Fiz," ucap Ilham sembari menepuk pundakku.

"Hanya Allah yang tahu," balasku diakhiri senyuman.

"Langitkan namanya dalam doa, dan jangan lupa juga usaha buat dapetin hatinya," imbuh Yusuf sembari terkekeh.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Sebab, aku tidak ingin berharap lebih.

"Oh ya, Fiz, besok kan kuliah libur, main ke Sungai Nil yuk? Itung-itung refresing kita," ucap Ilham.

"Maaf, Ham, besok aku masih kerja sampai maghrib. Kalau mau habis Isya saja, gimana?"

"Yasudah boleh." Ilham melirik Yusuf. "Kamu ikut kan Suf?"

"Ikut dong!" seru Yusuf bersemangat sekali. Aku dan Ilham pun terkekeh mendengarnya.

***

Pengunjung Math'am Sedulur kali ini ramai pengunjung. Sampai-sampai aku yang tadinya hanya sibuk di dapur dan melayani pembeli, kali ini aku menjadi Tausil atau pengantar makanan lewat aplikasi online. Sebab, Wahyu, pegawai Tausil tidak masuk dikarenakan sakit. Istirahat pun hanya waktu salat saja.

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang