Chapter 33

2.1K 437 30
                                    

Tidak terasa pernikahanku dan Alesha sudah menginjak dua bulan. Selama dua bulan itu aku mengetahui sifat dan karakter Alesha, apa yang dia suka dan dia tidak sukai. Begitupun dengannya, namun selama dua bulan itu Alesha tidak pernah sedikitpun membuatku marah. Dia selalu membuat hari-hariku ceria layaknya bunga matahari. Dia selalu punya cara tersendiri untuk selalu menghiburku. Rasa lelah, capek dan sebagainya ketika habis kerja terasa hilang ketika aku berada di dekatnya.

Hari ini merupakan hari special bagi Alesha sebab novel keduanya yang berjudul Tasbih Cinta itu terbit. Dan acara launching buku tersebut akan diadakan jam satu siang di sebuah toko buku yang paling besar di daerah Jakarta Timur. Aku menyuruh Alesha untuk datang ke acaranya terlebih dahulu di antar oleh supir kantor pribadi Papa David, sementara aku akan menyusul usai pekerjaan di kantor beres. Dikarenakan hari ini aku akan melakukan rapat, jadi aku tidak bisa menemaninya terlebih dahulu.

Rapat usai tepat dzuhur. Kami semua memutuskan untuk salat dzuhur berjamaah. Usai itu, aku meminta Devan untuk menghandle pekerjaan, sebab aku harus pergi ke Jakarta Timur untuk menghadiri acara launching buku Alesha.

Ketika diperjalanan aku terjebak macet dikarenakan ada perbaikan jalan sehingga membuatku kesal, sebab jam sudah menunjukkan pukul satu siang, otomatis acaranya sudah dimulai. Kurang lebih dua puluh menit aku terjebak macet, ketika jalanan mulai lenggang aku langsung menyalip beberapa kendaraan dengan kecepatan lumayan tinggi.

Sejurus kemudian aku sudah tiba di depan toko tersebut. Aku langsung memarkirkan mobilku terlebih dahulu, lalu masuk ke dalam toko buku itu. Aku langsung bertanya kepada satpam mengenai acara launching buku Alesha di sebelah mana. Satpam memberitahu ada di lantai dua, lantas aku bergegas menaiki escalator.

Setibanya di sana, banyak sekali orang yang hadir. Dan Alesha terlihat sedang menjawab pertanyaan dari pembaca. Karena kursi yang tersedia sudah penuh. Aku pun hanya berdiri menyaksikan istri cantikku itu. Aku mencoba melambaikan tangan sembari tersenyum ke arahnya, namun Alesha sepertinya tidak melihat ke arahku. Dia sedang fokus berbicara.

"Nah, pembaca semua pasti penasaran dong. Mba Alesha menulis novel Tasbih Cinta ini terinspirasi dari siapa sih? Apalagi karakter Hasan di novel ini tuh Masya Allah suami idaman banget, kan. Kira-kira ada nggak sih karakter Hasan di dunia nyata?" tanya seorang MC perempuan yang memakai hijab cokelat tersebut.

Terlihat Alesha tersenyum mendengar pertanyaan MC tersebut. Kemudian dia menjawab,"saya menulis novel Tasbih Cinta ini terinspirasi dari seorang lelaki yang pertama kali saya temui di halte Bus Kairo, tepatnya saat saya sedang kuliah semester akhir strata dua di sana. Kita bertemu tidak hanya sekali, melainkan beberapa kali karena ketidaksengajaan. Saya senang ketika mendengarnya bercerita tentang banyak hal. Akhlaknya yang baik membuat saya terinspirasi untuk menjadi karakter Hasan. Kalau ditanya apakah ada karakter Hasan di dunia nyata? Tentu ada."

"Wah siapa tuh Mba Alesha, kasih tahu dong. Pembaca di sini pasti pada penasaran, kan?" ucap MC tersebut.

"Penasaran!" ucap mereka semua.

Pandangan Alesha terlihat seperti mencari sesuatu, apa dia sedang mencari keberadaanku? Lantas aku berjalan maju ke depan beberapa langkah supaya terlihat oleh Alesha. Dan benar saja dia menemui keberadaanku, perempuan itu langsung berkata Hubby lewat mikrofonnya sembari tersenyum.

"Hubby? Siapa Mba Alesha? Apa dia ada di sini?" tanya MC tersebut.

Alesha mengangguk sembari tersenyum."Hubby itu panggilan kesayangan saya untuknya. Dia bernama Hafiz, sosok lelaki yang membuat saya terinspirasi untuk menulis karakter Hasan di novel ini. Dan dia sekarang telah menjadi suami saya."

Aku yang mendengarnya tersenyum haru menatap istriku itu.

"Masya Allah... apa suaminya hadir di sini Mba Alesha? Boleh dong panggil ke depan," kata MC tersebut.

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang