Chapter 09

2.1K 499 48
                                    

Ada yang kangen Hafiz?

Boleh minta support cerita ini dengan vote dan komentar.

Terimakasih.

Happy Reading 🤍

--------------------------------------------------------

Untukmu  yang jauh di sana, kuharap kamu selalu menjaga hatimu. Seperti aku di sini yang senantiasa menjaga hatiku. Mungkin mendoakanmu dari jauh adalah cara terbaik agar aku bisa memelukmu dalam rasa rindu ini.

-Tasbih Cinta-
@nurhoiriah16_

🕊🕊🕊

Karena hari sudah petang, Arvin dan Nadira memutuskan pamit pulang. Mereka berdua berpamitan terlebih dahulu kepada kedua orang tuaku, Bang Azzam dan Kak Nasya. Saat aku mengantar mereka ke depan rumah, sebelum memasuki mobil, Nadira meminta izin kepada Arvin sebentar dan menghampiriku. Membuatku sedikit heran.

"Kenapa, Ra? ada yang ketinggalan?"

"Gak ada kak, Ara cuma lupa soal email Amel."

"Email Amelia? email apa?" Aku mengernyitkan dahi bingung.

"Kak Hafiz gak pernah buka email ya?"

"Aku buka email kalau ada tugas kuliah suruh kirim lewat email aja sih Ra, jadi jarang sih."

Nadira menghela napasnya sejenak, kemudian dia berkata,"Kak Hafiz nanti buka ya, siapa tahu ada email dari Amel yang belum kebuka atau masuk spam. Amel ingin bertaaruf sama kak Hafiz."

Aku sedikit terkejut mendengarnya, bertaaruf dengan Amelia? sementara yang ada di hatiku saat ini hanya Alesha. Aku memang belum menceritakan Alesha kepada mereka.

Tiba-tiba Arvin menghampiriku. "Gak ada salahnya Bang coba taaruf sama Amel, dia baik, cerdas, hafidzah lagi."

Aku hanya tersenyum tipis mendengarnya, apa yang dikatakan Arvin tentang Amelia memanglah benar. Dia gadis yang akhlaknya baik juga, entah mengapa perasaanku hanya menganggapnya dia sebagai adik, dan rasaku untuk Alesha masih sama.

"Kalau ada yang mau ditanyakan soal Amel, hubungi Ara aja, ya, kak Hafiz. Kalau begitu, Ara sama Mas Arvin pamit pulang. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." 

Arvin dan Nadira pun memasuki mobilnya, kemudian mereka berlalu pergi. Setelah kepergian mereka, aku kembali masuk ke rumah dan bersiap-siap ke masjid untuk salat magrib berjamaah.

***

Usai makan malam, Abi dan Ummi mengajakku ke ruang keluarga ingin membahas tentang rencanaku kedepannya seperti apa. Aku duduk di samping Ummi berhadapan dengan Abi. Di ruang keluarga cuma ada kami bertiga, sementara Bang Azzam dan istri serta anaknya sudah pulang.

Abi menatapku dengan tatapan serius. "Jadi kamu terima tawaran teman Abang kamu untuk mengajar di SMA Islam Al- Fajar?"

"Iya Bi, Hafiz akan mengajar di sana jadi guru tahsin dan tahfiz Al-Quran."

"Kapan rencana mengajarnya? Padahal Abi punya teman di kementerian Agama, Abi pengin kamu jadi pegawainya di sana Hafiz. Siapa tahu nanti kamu jadi menteri Agama. Abi hanya guru pondok, Abang kamu dosen, masa kamu guru juga." Abi menghembuskan napasnya.

"Kata Bang Azzam besok suruh interview sama Pak Akbar yang punya yayasan sekolah itu. Selain jadi guru, Hafiz sebenarnya pengin jadi pengusaha Bi."

"Usaha apa, nak?" tanya Ummi.

Aku menoleh ke arah Ummi. "Hafiz pengin jual cemilan dari pisang nanti diolah jadi keripik pisang berbagai rasa, ada rasa cokelat, rumput laut dan lain-lain. Hafiz akan buka bisnis itu dari nol Mi. Mungkin nanti Hafiz akan mencoba jual di sekolah sama tetangga kita, sama online, nanti kalau laris, Hafiz pengin punya pabrik dan kantornya. Gimana menurut Abi dan Ummi?"

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang