Chapter 17

1.9K 455 30
                                    

Terkadang merelakan, cara terbaik ketika kita tidak bisa memiliki seseorang yang kita cintai. Doakan kebahagiaan untuknya, dan yakinlah bahwa Allah mempunyai rencana terbaik buat kamu.

-Tasbih Cinta-
@nurhoiriah16_

🕊🕊🕊

Setelah turun dari taxi, aku berjalan gontai dan tidak bersemangat menuju pintu rumah. Mungkin kalau orang lain lihat penampilanku malam ini kacau sekali, wajah sendu, rambut berantakan dan aku tidak peduli dengan penampilanku itu. Aku mengetuk pintu terlebih dahulu, tidak berselang lama pintu rumah dibuka oleh Ummi.

Ummi menatapku dengan heran, kemudian memegang kedua pipiku. "Hafiz, kamu kenapa, nak? mana Zahra?"

Aku hanya menggelengkan kepala, bodoh sekali aku, gara-gara Alesha sampai meninggalkan Zahra.

"Kamu kenapa?" tanya Ummi lagi.

Aku hanya tersenyum, mencoba terlihat baik-baik saja di depan Ummi, kemudian aku berpamitan pergi ke kamar. Setibanya di kamar, aku langsung duduk di kursi meja kerjaku. Kutatap bunga matahari di dalam vas bunga yang layu itu, bunga itu selalu aku simpan sampai saat ini, tetapi dengan teganya Alesha mengecewakanku malam ini.

Aku berteriak tanpa sadar sembari melempar bunga itu, terdengar bunyi pecahan kaca vas bunga yang sudah berserakan di lantai. Melihat pecahan kaca vas bunga itu, aku pun langsung merapikannya, namun ketika aku memunguti pecahan kaca tersebut telunjuk tangan kananku tertusuk kaca tersebut sehingga berdarah dan sedikit sakit.

Kini hatiku sama seperti pecahan kaca tersebut, seberapa aku berusaha untuk memperbaikinya, bagaimana pun hasilnya tidak akan kembali seperti semula, yang ada hanya melukai.

"Astagfirullah Hafiz!" Ummi terkejut diambang pintu melihat pecahan kaca vas bunga dan telunjuk tanganku yang terus mengeluarkan darah.

"Sini, biar Ummi yang beresin! Kamu duduk!" Ummi berkata tegas, ini pertama kalinya Ummi berkata tegas dengan suara sedikit meninggi kepadaku. Aku tidak membantah, dan langsung memilih duduk di tepi kasur.

Setelah Ummi membereskan pecahan kaca tersebut, beliau menghampiriku sembari membawa kotak P3K yang dia ambil dari laci. Kemudian Ummi duduk di sampingku, aku ingin mengobati lukaku sendiri, namun Ummi melarang, lantas aku pun membiarkannya mengobati lukaku.

"Kalau ada masalah ingat Allah, istighfar! Tenangkan hati kamu dengan istighfar, berdzikir, salat atau membaca Al-quran bukan seperti ini mecahin vas bunga. Kamu ada masalah apa sama Zahra?" Ummi berkata sembari memasangkan hansaplast luka ke telunjuk tanganku.

"Nggak ada masalah apa-apa, Mi."

"Lantas kalau tidak ada masalah sama Zahra, kamu ada masalah sama siapa? Tidak biasanya kamu begini."

Aku menghembuskan napas perlahan, kemudian menatap Ummi. "Alesha."

Ummi terkesiap mendengrnya. "Kenapa Alesha? Kamu bertemu dengannya?"

Aku pun mengangguk.

"Terus, apa dia punya kejelasan soal lamaran kamu?"

"Alesha tunangan dengan pria lain, Mi, dijodohkan. Ternyata acara tunangan anaknya rekan bisnis kerjanya Papanya Zahra itu Alesha, putri dari seorang pengusaha mobil mewah yaitu Pak David."

Ummi meraih kedua tanganku, kemudian mengelusnya. "Fiz, la tahzan. Ikhlaskan Alesha, ya, Ummi yakin Allah telah mempersiapkan jodoh yang terbaik buat kamu."

"Tapi Alesha, gadis yang berbeda, Mi. Hafiz mencintainya, dan Hafiz yakin pasti Alesha punya alasan menerima perjodohan itu." Aku berkata sembari menahan buliran air mata yang hendak menetes.

Tasbih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang