Dua kali Seokjin keluar masuk kamarnya dengan membawa buku dan laptopnya. Beberapa tumpuk buku sudah berada diatas karpet bulu berwarna ungu didepan TV yang menyala menampilkan serial kartun faforitnya di Hari Sabtu pagi ini. Ia meletakkan dua buah buku diatas tumpukan buku itu dan meletakkan laptop pinknya dengan hati-hati diatas meja lipat berwarna coklat muda. Kakinya bersila dengan nyaman dan mulai membuka laptopnya setelah memastikan charger berwarna hitam telah tertancam sempurna dengan stop kontak yang berada disamping TVnya.
Seorang wanita menghampiri Seokjin dengan membawa sebuah piring berisi potongan buah melon dan semangka diatasnya. Cuaca memang sedang panas-panasnya, meskipun waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi. Membuat putra semata wayangnya itu hanya mengenakan kaos tidak berlengan yang begitu tipis dan celana pendek dibawah pantatnya. "Jimin belum dateng, Jin?" tanya wanita itu setelah meletakkan piring di meja panjang dimana TV berukuran 55 inch itu berdiri.
"Katanya masih antri di toko roti depan gang, Bun." Jawab Seokjin meraih piring itu dan menusuk salah satu potongan buah dengan garpu. Memasukkan kedalam mulutnya hingga membuat kedua matanya berbinar.
"Kamu sudah bilangin belum sih kalau kesini nggak usah bawa apa-apa?!" tanya Ibunya dengan alis mengkerut.
"Sudah kok! Dianya aja yang ngeyel! Ntar juga dia yang ngabisin paling ba–"
"Samlekumm!!" terdengar teriakan dari luar setelah bunyi bel tiga kali. Teriakannya begitu nyaring. Hingga membuat ibu dan anak itu menoleh dengan senyuman lebar.
"Panjang umur banget si boncel."
"Hush!" setelah itu Ibunya berjalan meninggalkan Seokjin dan berjalan menuju pintu keluar.
Seokjin berselancar pada layar laptopnya. Mengetik sebuah alamat dan mencari lagu faforitnya disana. Hingga sebuah suara mengejutkannya, "Selamat pagi belahan jiwaku!!"
"Jamet banget." Gumamnya pelan.
Jimin duduk bersila didepan Seokjin. Merogoh backpacknya dan mengeluarkan laptop putihnya dari sana. Membukanya dan meletakkannya diatas lantai, "Gue bisa denger ya, Bangsat!" ucapnya sambil memicingkan kedua matanya menatap Seokjin yang sibuk didepan layar laptopnya.
"Lo bawa nggak buku yang gue minta tadi malem?" Seokjin mendongakkan wajahnya dan menatap Jimin penuh selidik.
Jimin membuka mulutnya lebar dengan mata membola dan berkedip beberapa kali. Ia meraih kembali tasnya. Menuangnya ke lantai dan yang keluar hanya charger ponselnya saja, "OMG! Lupa! Duh nggak jadi nugas dong kita, Bestie!" ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan memasang ekspresi seolah terkejut.
Seokjin menggelengkan kepalanya pelan, "Udah gue duga. Ya udah ayo kita ke perpusnas dulu deh kalau gitu!" Seokjin merapikan kembali buku-buku yang ia sudah buka. Namun tiba-tiba getaran di ponselnya berbunyi hingga membuatnya menghentikan aktifitasnya.
"Jim.."
"Hmm?" Jimin menoleh dengan mulut penuh roti yang sekali ia masukkan kedalam mulutnya. Hingga membuat kedua pipinya total mengembang.
"Taehyung katanya abis kecelakaan, Jim," kedua matanya sudah basah dan hampir menitikkan air mata.
Jimin bersusah payah menelan seluruh roti dimulutnya, ia meraih botol minum dari dalam tasnya, "Beneran nggak tuh?!" setelah itu mengusap bibirnya dengan lengannya.
"Kok lo gitu ngomongnya?" Seokjin benar-benar meneteskan air matanya. Menatap Jimin nanar dan merasa kecewa. Meskipun ia tahu Jimin adalah orang nomor satu yang tidak menyukai hubungannya dengan Taehyung.
"Lah bulan kemaren juga bilangnya di tubuhnya ada yang patah. Lo bela-belain nyamperin ke Bandung. Eh sampe sana bilangnya hatinya yang patah karena kangen. Najis banget!" cibir Jimin kini meraih piring berisi buah tak jauh darinya.
YOU ARE READING
Another You And Me
RomanceAnother universe untuk couple kita Jeon Jungkook dan Kim Seokjin dalam dunia kecil mereka. Short. Simple. Not Continues Part.