Seokjin duduk di sofa panjang yang dua bulan yang lalu menahan tubuhnya ketika dikoyak arogan dan dihujam dalam. Ia menunduk dan membelai permukaan sofa dibawahnya lembut. Tersenyum getir karena hubungan dengan sang pemilik unit telah benar-benar jauh dan merenggang.
CEKLEK.
Ia melihat Jungkook yang keluar dari kamarnya dengan handuk putih mengalung di lehernya. Beberapa tetesan pada ujung anak rambutnya dan air masih mengalir dari dagu hingga perutnya yang terekspos seluruhnya. Menatap Seokjin dengan tajam bahkan enggan untuk berkedip.
"Jung..Jungkook," sapa Seokjin dengan gugup. Ia meremat jemari-jemarinya dengan gelisah.
Jungkook tidak menjawab dan masih menatap Seokjin tepat di kedua bola matanya yang bergerak resah.
"Gue mau minta maaf," lirihnya dengan perasaan takut.
Jungkook menaikkan sebelah alisnya keatas. "Untuk apa minta maaf setelah lo pergi gitu aja ninggalin gue?!" cercanya dengan kilatan di kedua matanya.
"Waktu itu gue mau pamit, tetapi jadwal Kim Namjoon dipercepat dan harus flight pagi banget. Jadi..." Seokjin berusaha menjelaskan meskipun berbicara dengan si keras kepala harus membuang banyak tenaga sia-sia.
"Jadi nggak ada yang perlu dibicarain lagi. Gue capek! Lo bisa pergi sekarang." Jungkook bangkit dari tempatnya dan menaikkan dagunya ke arah pintu utama unitnya.
Seokjin semakin panik karena telah diusir sebelum ia bisa menjelaskan semuanya. Ia ikut bangkit dari tempatnya, menatap Jungkook nanar dan merasakan pedih di hatinya. "Dengerin gue dulu, Jungkook! Gue nggak mau persahabatan kita bertahun-tahun harus rusak cuma karena gue nggak jadi stylist lo lagi!"
Jungkook menggeram pelan. Mengepalkan kedua tangannya kuat. "Gue tahu, Kim Namjoon pasti lebih bisa muasin birahi lo, kan? Atau Tae? Yang bayar semua barang yang udah dicuri Jimin? Lo harus nungging berapa kali untuk angka segede itu?"
Settt.
Seokjin melayangkan tangan kanannya. Tepat sebelum telapak tangannya menampar pipi Jungkook, ia berhenti. Merasakan tubuhnya bergetar hebat dan air matanya perlahan mengalir deras. Wajah penyanyi tampan itu tak boleh terluka. Tak boleh tergores maupun lebam. Ia menarik tangannya kembali dengan napas terengah. "Gue emang salah karena selama ini berada di samping lo."
BRAK.
Pintu itu dibanting begitu keras. Mengabaikan tetangga unit Jungkook yang mungkin saja mendengar suara nyaring akibat perbuatannya. Namun, ia tidak peduli kali ini. Enggan memikirkan orang lain selain dirinya yang kini benar-benar terluka dan terhina. Perasaan bersalahnya tergantikan dengan sakit hati dan kecewa dengan kalimat Jungkook yang benar-benar menyayat perasaannya. Ia pikir selama ini masih bisa menoleransi semua kata yang keluar dari bibir tipis pria itu, nyatanya kali ini terlampau melewati batas. Terlalu perih untuk hatinya. Memilih segera meninggalkan unit itu daripada harus menangis seperti orang bodoh dan lebih dihina. Sekarang untuknya, masa bodoh dengan pertemanannya dengan Jungkook yang sudah terjalin selama hampir sepuluh tahun. Ia memang harus meninggalkan pria itu bersama kenangan buruk yang selalu membekas untuknya. Perlakuan kurang ajar yang harus diterimanya, dan semua ucapan keji untuknya.
Jungkook, annyeong.
3 Tahun Kemudian
Hal terakhir yang Seokjin dengar adalah Jungkook yang meninggalkan dunia tarik suara. Berita itu sudah dikeluarkan secara resmi oleh agensi dua tahun yang lalu. Sejak saat itu, sosok Jungkook bersuara emas bagai menghilang di telan bumi. Tidak ada satu orang pun yang tahu keberadaannya. Tidak ada satu orangpun yang tahu bagaimana keadaannya.
YOU ARE READING
Another You And Me
RomanceAnother universe untuk couple kita Jeon Jungkook dan Kim Seokjin dalam dunia kecil mereka. Short. Simple. Not Continues Part.