Wawancara🔞

2K 115 26
                                    

Seokjin masih berdiri tak bergeming disebuah pintu dihadapannya sekarang. Tangan kanannya telah meremas engsel pintu dengan kuat. Perasaannya benar-benar buruk. Apalagi setelah pesan yang ia terima sesaat setelah kedua matanya terbuka. Pekerjaannya sedang terancam sekarang. Ia hampir kehilangan akal karena tuntutan yang ia terima dua minggu ini.

Ia selalu dicemooh karena selalu menolak untuk membumbui sebuah fakta dengan asumsi ambigu yang bisa memutarbalikkan fakta asli berita sebenarnya. Ia dianggap munafik dan sok suci. Selalu ingin menampilkan kenyataan asli tanpa menambahkan atau mengurangi kebeneran kisah itu sendiri. Ia orang yang paling tahu, apa akibatnya jika berita yang disajikan para reporter berita diberikan sedikit pemanis disetiap kalimat yang mereka tulis atau ucapkan secara langsung. Ia adalah orang yang paling tahu bagaimana rasanya difitnah melalui sebuah kalimat-kalimat yang didengungkan ke seluruh penjuru negeri. Namun, sekali lagi tidak akan ada yang peduli. Yang mereka pikirkan hanyalah perkara rating tinggi.

Akhirnya setelah menghela napas dalam ia mendorong pintu itu masuk ke dalam. Dilihatnya seorang pria yang lebih tua beberapa tahun darinya itu mengetik sesuatu di depan keyboardnya. Kedua matanya begitu fokus pada layar monitor yang memiliki ukuran 24 inch.

"Selamat Pagi, Manager Jung." Sapanya kikuk dan merasa tidak begitu nyaman.

Jung Hoseok mengalihkan tatapan matanya pada Seokjin yang masih berdiri didepan pintu ruangannya. Ia melepaskan kacamatanya dan berjalan mengitari meja kerjanya. Ia duduk disalah satu sofa set berwarna biru tua yang berada tepat didepan meja kerjanya. Ia duduk di paling tengah sofa itu, "Duduklah Seokjin." nada bicaranya benar-benar tidak seperti biasanya. Membuat Seokjin menelan ludahnya kasar dan dengan cepat duduk di samping Hoseok. Setelah membungkukkan tubuhnya.

"Apa kau tidak menuruti perkataan ketua tim mu lagi?" tanya Hoseok dengan nada bicara masih sama sebelumnya. Benar-benar tidak bersahabat untuk kedua telinganya.

Seokjin meremat jari-jarinya dengan gugup. Bahkan kedua telapak tangannya sudah lembab karena berkeringat. "Maafkan aku, aku hanya tidak–"

"Kau tidak bisa terus bekerja disini jika tidak mau mengikuti aturan yang sudah ada selama bertahun-tahun bahkan sebelum kau lahir, Seokjin." Hoseok menatap kedua mata Seokjin begitu tajam.

"Maafkan aku.." jawabnya lirih dengan tatapan nanar. Ia menundukkan kepalanya dan menatap kedua tangannya yang masih bertatut.

"Kau mendapatkan pekerjaan ini dengan bersusah payah. Aku menerimamu karena aku percaya aku bisa mengandalkanmu, Seokjin." Lanjut Hoseok tanpa melepaskan tatapannya pada Seokjin yang masih menunduk dengan perasaan bersalah.

"Ingatlah bahwa aku menerimamu meskipun background yang kau punya selalu membuatmu ditolak dimanapun." Kalimat itu mampu membuat kepalanya mendongak sempurna. menatap Hoseok dengan amarah yang ia tahan. Menahan napasnya sesaat merasakan darahnya mendidih hingga dadanya naik turun dengan cepat.


Seokjin berdiri didepan sebuah gedung yang menjulang begitu tinggi. Pagi tadi ia menerima selembar foto. Tugas kali ini berbeda dari biasanya. Kali ini akan menjadi tugas terakhir untuknya jika ia tidak bisa berhasil menulis autobiografi dari penyanyi terkenal yang namanya selalu dielu-elukan para remaja hingga abg yang beranjak dewasa.

Seluruh negeri mengenalnya dengan nama panggung. Belum ada yang mengetahui nama asli penyanyi solo yang memiliki paras sempurna dan tubuh yang membuat semua orang iri terhadapnya. Mereka semua hanya mengetahui tanggal lahir penyanyi itu tanpa mengetahui dimana ia sebenarnya dilahirkan. Banyak rumor mengatakan ia lahir di luar negeri. Berdarah campurna korea-kanada. Namun, ada juga rumor yang mengatakan bahwa ia asli orang Korea.

Setelah menghela napas panjang, kedua kakinya melangkah lebar menuju pintu utama gedung yang memiliki tulisan besar 'HYBE' dibagian paling atasnya. Ia berjalan cepat dan berhasil melewati pintu kaca yang begitu tinggi. Didalam sana ia disapa oleh perempuan cantik di meja resepsionis.

Another You And MeWhere stories live. Discover now