FLOP.
FLOP.
FLOP.
Tiga hujaman dalam dan penuh tenaga itu berhasil menyemburkan begitu banyak cairan kental ke dalam lubang anal yang permukaannya sudah memerah karena kegiatan yang mereka lakukan hampir tiga jam lamanya.
Lelaki yang tadinya menungging dan meremat bantal dibawahnya dengan kuat kini bangkit dengan begitu entengnya. Meraih kotak tisu dan menarik beberapa lembar. Mengusap pantat dan area permukaan analnya dengan hati-hati karena perasaan terbakar pada kulit yang kini mengkerut dan masih berkedut.
"Kau ingin buru-buru pergi, Hyung?" seseorang yang sedari tadi memegang pinggannya kuat kini menelentangkan tubuhnya yang basah keringat dan napas terengah karena kelelahan.
"Hm," jawab lelaki yang kini telah selesai mengusap bagian bawah tubuhnya dengan tisu. Ia memunguti piayamanya dilantai dan mengenakannya satu persatu.
Seseorang yang tadinya terlentang, kini menggeser tubuhnya ke tepi ranjang. Memainkan ujung penisnya yang masih basah dengan telunjuk jarinya. "Besok, aku kesini lagi ya?" ucapnya dengan senyuman kotak khas miliknya.
Seluruh pakaiannya telah terpasang sempurna. Ia berbalik dan menatap pemuda yang tersenyum begitu lebar padanya. "Berhenti menemuiku. Fokuslah pada ujian akhirmu, Bocah!" hardiknya sedikit kesal karena memang pemuda didepannya kerap sekali mendatanginya beberapa minggu ini.
Bibir yang tadinya tersenyum lebar kini melengkung kebawah dengan sedih. "Tetapi aku bosan jika terus-terusan belajar, Hyung," keluhnya persis seperti bocah.
Pria itu berdecak kesal. Ia meraih ponselnya diatas nakas tepat disamping ranjang miliknya yang kini berantakan. "Jika saja kau bukan adik Kim Namjoon aku tidak akan meladenimu, Tae!" ia melirik begitu tajam dan sinis.
"Sudah kukatakan putus saja dengan Namjoon Hyung! Di otaknya hanya berisi rumus-rumus fisika dari pada hubungannya denganmu, Seokjin Hyung!" dalihnya dengan bibir mengerucut masih memainkan penis miliknya.
Seokjin menghela pelan. Menggeleng dan menatap Taehyung jengah. "Jika aku memutuskannya, aku juga tidak akan berlari padamu. Sudah sana pergi! Aku sedang sibuk! Skripsiku sedang menungguku!"
"Apa menjadi mahasiswa memang sesibuk itu? Apa skripsi itu benar bisa membuat orang-orang ingin bunuh diri?" Taehyung turun dari ranjang. Dengan sigap dia menarik kaos dan celana panjangnya diatas lantai. Dalam beberapa kali gerakan saja, kaos putih dan celana panjang abunya berhasil terpasang sempurna.
Seokjin berjalan mendekati pintu apartemennya. Menarik gagang pintu itu hingga berbunyi klik. "Cepat pergi sebelum aku menyuruh Namjoon menyeretmu dari sini!" Seokjin menahan daun pintu itu dengan tangan kanannya. Meminta Taehyung untuk segera meninggalkan kediamannya.
Taehyung tersenyum lebar dan berlari kecil mendekati Seokjin.
Cup.
Ia mengecup bibir Seokjin yang masih bengkak. Menghimpit tubuh Seokjin di dinding dan kedua tangannya meraba pantat yang sudah terlapisi celana dengan begitu gemas. "Setelah ujianku selesai minggu depan. Aku akan memberitahu Namjoon Hyung bahwa telah menentukan kampus yang aku inginkan!"
Seokjin memutar kedua bola matanya malas. "Ya ya terserah!" jawab Seokjin sekenanya. Yang terpenting adalah bocah kelas tiga SMA itu segera pergi dari apartemennya.
Setelah kecupan sekali lagi pada bibirnya, Taehyung benar-benar menghilang dibalik pintu.
Ia berjalan gontai mendekati sofa panjang berwarna biru miliknya. Mendengar ponselnya yang terus bergetar diatas nakas di kamarnya tidak membuatnya segera bangkit untuk melihat siapa gerangan yang terus menghubunginya malam-malam.
YOU ARE READING
Another You And Me
RomanceAnother universe untuk couple kita Jeon Jungkook dan Kim Seokjin dalam dunia kecil mereka. Short. Simple. Not Continues Part.