"Argh!" suara berdengung dari dalam salah satu kamar pada motel remang-remang malam itu terdengar menyakitkan dan memekakkan telinga. Sesekali terdengar suara kulit yang ditampar begitu keras. Seringkali terdengar desahan karena permukaan kulit yang basah oleh keringat saling bertabrakan kuat. Semakin cepat dan keras.
"Namjoon, menurutku kau harus berhenti. Dia sudah tiga jam didalam sana tanpa beristirahat," seorang pria berambut ikal menatap gusar Namjoon yang sedang merokok sambil duduk didepan sebuah meja menghitung sejumlah uang dari dalam amplop berwarna putih.
Namjoon mengepulkan asap pekat setelah mengeluarkan batang rokok dari bilah bibirnya. "Kau pasti tidak akan percaya berapa hutang Ayahnya yang harus aku tanggung sebagai anak tertua keluarga kami, Tae." Jawab Namjoon dengan wajah kesal dan alis menukik.
"Kau tahu, aku bisa membantumu," tambah Taehyung kini meletakkan kedua tangannya diatas meja berusaha untuk bernegosiasi dengan teman sekaligus rekan kerjanya.
Namjoon menggeleng cepat. Membuang puntung rokok itu dan menginjaknya hingga ujung yang berapi padam. "Aku masih baik menghidupinya sebagai saudara tiri karena desakan dari Ibuku. Jika tidak, ia pasti sudah jadi gelandangan karena Ayah keparatnya yang kabur karena kalah judi."
Taehyung mengatupkan bibirnya rapat dan menarik kedua tangannya kembali. Menyimpan keduanya didalam saku celana kanan dan kiri. Menatap iba pada pintu kayu yang tertutup rapat didepannya yang sayup-sayup terdengar suara orang memekik.
"Setelah Yoongi, kau bisa masuk. Tak perlu membayar, karena hari ini dia menghasilkan cukup banyak dari 3 orang yang berbaik hati hanya karena wajahnya yang tampan."
Namjoon tidak mendengar jawaban dari bibir Taehyung. Membuatnya mendongak sambil memasukkan amplop berisi uang itu kembali ke saku dalam jasnya. "Kau tidak ingin?"
Taehyung menoleh sambil menggigit bibir bawahnya. Menatap Namjoon dengan bingung dan penuh pertimbangan.
Namjoon terkekeh pelan dan meraih kacamatanya dari kerah kemejanya yang sudah bebas dari ikatan dasi hari ini, "Kau bisa memakainya sampai puas. Aku harus pergi menemui Tuan Lee untuk membayar bulan ini."
Setelah tepukan tiga kali pada pundaknya. Namjoon menuruni anak tangga hingga suara derit sepatunya sudah tak terdengar lagi.
Ceklek.
Taehyung terkejut karena pintu tiba-tiba terbuka dan menampilkan Yoongi yang menarik resleting celana hitamnya keatas dengan kemeja yang masih berantakan. "Apa sekarang giliranmu?"
Taehyung enggan menjawab. Ia hanya melemparkan tatapan tajam pada Yoongi.
"Sepertinya analnya terluka. Tolong kau sedikit berbaik hati ya! Besok dia masih harus berangkat ke sekolah sepertinya," Yoongi berlalu setelah menepuk pundak kiri Taehyung.
Dengan cepat Taehyung memasuki ruangan itu. Seketika indra penciumannya menangkap bau amis memenuhi ruangan tanpa jendela yang temaram. Ia melihat lelaki lebih muda darinya sedang bersusah payah menggerakkan tubuhnya untuk sekedar meraih botol air putih diatas meja.
Dengan cepat Taehyung meraih botol itu dan membuka penutupnya. Mengulurkan botol penuh air pada seseorang yang memiliki seragam dengan name tag Kim Seokjin disana. "Apa kau terluka?"
Glek.
Glek.
Glek.
Seokjin hampir menghabiskan seluruh isi botol itu. Air di dalam botol bahkan membasahi dagu hingga perutnya karena ia meneguk dengan tergesa. Ia mengelap bibirnya yang bengkak dengan asal. "Aku baik-baik saja, Ahjussi. Tetapi, apa aku bisa meminta kemurahan hatimu kali ini?" tatapan Seokjin penuh harap diantara rasa sakit di tubuh hingga didalam hatinya.
YOU ARE READING
Another You And Me
RomanceAnother universe untuk couple kita Jeon Jungkook dan Kim Seokjin dalam dunia kecil mereka. Short. Simple. Not Continues Part.