Benerin Lampu Kamar (2)

720 62 29
                                    

Seokjin telah berdandan rapi. Berdiri didepan cermin fullbody memastikan penampilannya kembali. Ia meraih pelembab bibir di kotak berwarna putih diatas nakas yang berada tepat disamping cermin. Mengoleskan benda itu pada permukaan bibirnya hingga membuatnya kini mengkhilap karena terkena sinar matahari.

Ia tersenyum lebar dan mengusap pelan perutnya untuk merapikan kemeja putihnya yang terasa begitu sempurna melekat di tubuhnya. Terdengar getaran diatas nakas terbuat dari kayu, ponselnya yang berputar karena getaran yang begitu kuat mengguncang. Ia melirik ke samping dan mendapati nama Kim Taehyung disana. Tersenyum lebar dan tangan kirinya terulur untuk meraih ponsel itu hingga tiba-tiba gerakan tangannya terhenti karena pintu kamarnya yang terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu untuk memberikan aba-aba.

Ceklek.

"Hyu–mau kemana pagi-pagi rapi banget?" seseorang menerobos masuk dengan kedua alis menukik.

Seokjin menghela pelan dan menyambar ponselnya cepat. Ia tak memperdulikan pemuda di depannya yang kini berkacak pinggang dengan kesal. Ia lebih memilih untuk mengetik pesan balasan pada kolom percakapannya dengan Taehyung. "Helooo gue manusia!" ponselnya dirampas begitu saja membuat kedua matanya membola sempurna.

"JUNGKOOK!"

Ia berusaha menyambar ponselnya dari tangan Jungkook, tetapi lengan penuh tato itu terangkat tinggi hingga ia tak mampu meraihnya. Ia bahkan ragu kapan terakhir kali Jungkook bisa setinggi ini, yang ia ingat bocah ingusan itu masih setinggi dadanya.

Ia menghela napas pelan. Berusaha untuk tidak meledak, "Gue harus ketemu Taehyung sekarang, tolong kembalikan ponsel saya, Jeon Jungkook-ssi." ia menumpu kedua telapak tangannya di perut dan membungkuk kepada Jungkook yang sekarang menyembunyikan ponselnya dibalik punggung lebarnya.

Jungkook mendengus kesal. "Mau kemana?"

Seokjin mengerutkan alisnya, "Gue kayaknya nggak perlu laporan ke elo nggak sih?" terdengar kekehan palsu dari bilah bibir tebalnya yang mengkilat karena sinar matahari yang merambat melalu jendela kaca yang terbuka setengahnya.

"Lo nggak bisa pergi kemana-mana hari ini!" sergah Jungkook cepat dengan panik. Kedua matanya bergerak resah dan memutar otaknya sekeras mungkin untuk berpikir.

Seokjin semakin bingung, "Karena?"

"Karena... karena gue butuh bantuan lo, Hyung!"

Seokjin tertegun dan menggeleng pelan. "Nanti pas gue udah pulang. Kalau enggak besok, okay? Sini balikin! Keburu Taehyung sampai," tangan kanannya menjorok kearah Jungkook tetapi dengan sigap Jungkook memundurkan langkahnya hingga hampir mencapai daun pintu.

"Gu–gue butuhnya sekarang!" kilahnya cepat.

Seokjin menggaruk tengkuknya pelan. Ia menghela napas panjang dan melangkah mendekati Jungkook hingga berada tepat didepan Jungkook yang dahinya mulai basah, "Terserah. Gue nggak bawa hape juga nggak masalah." Ucap Seokjin ketus karena merasa kesal karena sikap Jungkook yang seenaknya sendiri. Beberapa kali memang ia membiarkan pemuda itu bersikap seenaknya padanya, karena ia merasa menjadi sosok kakak untuk Jungkook, tetapi kali ini Seokjin tidak bisa membiarkan Jungkook berlaku seenaknya sendiri karena hari ini sangat penting. Beberapa kali ia harus membatalkan janji dengan Taehyung karena alasan-alasan konyol Jungkook yang seringkali muncul mendadak dan sangat tidak penting. Ia tak bisa terus menantang kesabaran Taehyung, karena ia menginginkan hubungan adil yang diusahakan dua orang, bukan sepihak yang akan terasa berat sebelah dan berujung kekacauan. Ia menginginkan hubungan pendekatan ini berhasil, setelah beberapa bulan tiada peningkatan.

Setelah mendengar ucapan ketus itu, Jungkook hanya melihat punggung Seokjin yang bergerak semakin menjauh. Membuat dadanya mendadak sesak dan amarahnya menguar. Meremat ponsel ditangannya dengan hati terbakar hingga melempar benda pipih itu asal diatas ranjang Seokjin.

Another You And MeWhere stories live. Discover now