Tutor Belajar

919 71 39
                                    

Ruangan itu sungguh riuh, karena selembar kertas telah dibagikan beberapa menit yang lalu. Menampilkan sebuah hasil cetakan angka yang mencengangkan untuk seseorang yang kini memilih untuk meremat kertas ditangannya kuat. Ia selalu tak menyukai bagian ini dalam hidupnya. Mendapatkan hasil yang kurang memuaskan, bahkan tidak sempurna.

Tiba-tiba terasa seseorang menepuk bahunya, "Lah kenapa hasil try out nya lo remes gitu anjir?!"

"Hah?!" seseorang yang duduk tepat dibelakangnya berseru dengan terkejut ketika sedang mengamati hasil try out yang sedang ia baca. Memikirkan bagaimana ia harus menjelaskan pada orang tuanya karena mendapatkan hasil yang selalu sama, dibawah rata-rata.

"Jim, lihat! Si Jungkook goblok banget! Nilai segitu masih aja nggak puas." Cibir seseorang yang masih meletakkan tangan kanannya pada bahu kiri Jungkook.

Jimin bangkit dari kursinya. Berdiri disamping Yoongi yang kini telah merampas gumpalan kertas ditangan Jungkook. "Nilai kita aja selalu pas-pasan gini tetep bersyukur. Nah lo?!"

Jungkook mengeluarkan ponsel di saku celananya. Mengetik sesuatu dan tak memperdulikan kedua temannya. Setelah mengirimkan pesan itu, ia langsung bangkit dari kursinya. "Gue mau latihan. Kalian ikut nggak?"

Tanpa menunggu dua orang yang masih mencibirnya, ia melangkah keluar dari ruangan kelas itu. Dimana masih terdengar helaan napas berat, keluhan, dan bahkan tangisan karena hasil yang didapatkan tak sesuai dengan pengharapan.

"Dasar perfeksionis!" Yoongi meluruskan kertas hasil ujian milik Jungkook diatas meja. Merasa sangat disayangkan karena temannya itu tidak akan puas jika tidak mendapatkan hasil yang sempurna.







Jungkook berdiri dibalkon lantai dua. Bersama dengan ponselnya yang sibuk menampilkan sebuah game yang sedari satu jam yang lalu menyita perhatiannya. Kali ini earbuds ungunya tak terpasang di kedua telinganya, karena benda itu hilang sebelah dan ia kesulitan untuk menemukannya.

"Apa kau tidak tersesat saat mencari alamat ku?" terdengar suara sayup-sayup di lantai satu. Tak jauh dari tempatnya berada. Ia menjeda permainan di ponselnya. Bangkit dari kursi yang ia duduki dan berjalan menepi.

Dilihatnya seorang pria yang berbalut jas di tubuhnya. Dengan kacamata yang tergantung dihidung dan jam tangan mahal di tangan kirinya. Tersenyum hingga memperlihatkan kedua cekungan di kedua pipinya. Sedang berbicara begitu lembut dan terus menunjukkan senyumannya pada seseorang yang baru pertama kali ia lihat hari ini.

"Aku hanya menunjukkan supir taksi alamat itu dan berhasil sampai disini," senyuman dibibirnya begitu tinggi hingga membuat kedua pipinya sedikit menggembung dan merona kemerahan.

"Aku akan memperkenalkan diriku sekali lagi, namaku Kim Namjoon." Namjoon mengulurkan tangan kanannya.

"Ne. Namaku Kim Seokjin," Seokjin menerima uluran tangan Namjoon dengan ramah. Ia merasakan tangan kanannya diremas hingga membuat dirinya tidak nyaman.

"Namamu cantik sekali persis seperti yang memiliki," terdengar tawa keduanya hingga membuat Jungkook yang terus memperhatikan interaksi dari lantai dua menautkan kedua alisnya.

"Terima kasih atas pujiannya, Namjoon-ssi," jawab Seokjin dengan tulus dan membungkukkan sedikit kepalanya. Seokjin menguatkan genggamannya pada beberapa buku yang sedari tadi ia bawa di tangan kirinya. Memberikan sinyal bahwa basa basi yang mereka miliki sudah terlalu lama hingga membuat tangan kirinya pegal karena terus membawa beberapa buku tebal di tangannya.

"Oh! Ayo masuk! Bertemu dengan keponakanku," Namjoon memegang punggungnya. Membuatnya berjengkit kaget dan tidak berkomentar ketika tubuhnya didorong masuk ke dalam rumah itu.






Another You And MeWhere stories live. Discover now