Seokjin sedang menuangkan butiran kopi pada pucuk mesin pembuat kopi yang telah ia pelajari sedari pagi. Awalnya, untuk dua minggu terakhir ia hanya diberikan tugas sebagai penyaji. Namun, karena ada rekan kerjanya yang cuti untuk beberapa hari, ia terpaksa harus mengambil alih tugas rekan kerjanya yang cuti.
Pandangannya begitu fokus. Setelah menuang dengan sempurna tanpa ada yang bercecer diatas counter meja memanjang berwarna coklat gelap. Cafe itu sedang tidak begitu ramai, mungkin karena jam 2 siang dan waktu istirahat telah usai.
Ting.
Dengan cepat ia mendongak karena memang meja kasir dan mesin pembuat minuman itu dalam satu baris panjang, mengahadap tepat ke arah pintu masuk dimana pembeli berdatangan. Seseorang berjalan cepat ke arahnya. Dengan alis menukik dan raut wajah garangnya.
"Lo dicariin Namjoon. Katanya tiba-tiba bolos kuliah." Jungkook tengah berdiri tepat didepan counter panjang yang terlapisi keramik itu. Menatap Seokjin dengan kesal dan napas terengah.
Seokjin merasakan punggungnya ditepuk sekali, setelah rekan kerjanya yang sedari tadi berdiri didepan mesin uang membungkuk kepada Jungkook. "Hyung, makan siang dulu saja. Biar gue yang jaga kasir sekalian," Seokjin menoleh kesamping dimana lelaki tadi menghentikan langkahnya untuk menatapnya. Mengangguk sambil tersenyum kemudian menghilang dibalik pintu dapur dimana terdapat tulisan menggantung dipintu, Staff Only.
"Halo? Gue lagi ngomong sama Kim Seokjin," Jungkook menggoyangkan tangan kanannya ke udara untuk mendapatkan atensi dari Seokjin yang kembali menunduk tanpa memperdulikannya.
Seokjin masih berusaha menekan-nekan tombol yang ada pada mesin kopi itu, bahkan ia memutar-mutar sebuah tuas kecil pada alat itu. "Lo sejak kapan ikut campur masalah pribadi gue? Urusan kita cuma kalau lo pengen ngewe aja sama gue, kan?" kalimatnya begitu ketus. Merasakan sesuatu yg menyeruak dan sesak didalam hatinya tiba-tiba.
Jungkook memundurkan langkahnya dengan tertegun. Seolah kepalanya telah dipukul hingga linglung. "Gue.."
Seokjin mengangkat kepalanya dengan tatapan tajamnya, "Lo masih punya banyak list wanita-wanita atau mahasiswa pria lainnya yang siap nungging buat lo. Kenapa masih nerusin melihara gue?"
Napas Jungkook yang tadinya berhembus teratur meskipun dadanya sesak. Kini mendadak ngadat dan tertahan begitu saja.
Untuk beberapa saat tidak ada yang bersuara. Anehnya, suara obrolan pengunjung disana seolah hilang. Suara pemanas makanan dibelakang Seokjin bahkan tidak terdengar. "Karena lo butuh duit gue?"
Rasanya seperti jantungnya diremat. Sesak didadanya bertambah karena ada pukulan tak kasat mata mengahantam dadanya telak. "Lo bener. Tapi lo nggak harus lanjutin hal ini. Asal gue masih dibolehin kerja disini."
Jungkook tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana itu dengan otaknya. Kalimat itu seolah teka-teki yang belum bisa ia selesaikan beberapa hari belakangan. Karena bingungnya dan ragu dalam hatinya. "Lo lagi cembu-"
Ting.
"SEOKJIN!" ketegangan diantara keduanya terinterupsi oleh kehadiran Jimin yang langsung berlari hingga mencapai tempat Seokjin berdiri.
"Loh Jungkook kok disini? Kata Namjoon Hyung bukannya lagi ada kelas?"
Seokjin berusaha mengatur mimik wajahnya. Kembali menunduk hingga melihat kedua sepatu hitamnya. Sial. Ternyata kabelnya belum dicolok ke stop kontak.
"Iya ini gue mau cabut." Sebelum Jungkook meninggalkan tempat itu, ia menolehkan kepalanya pada Seokjin yang sekarang menunduk hingga terlihat punggungnya saja.
Ting.
Pintu itu tertutup sempurna setelah Jungkook keluar. Seokjin melihat punggung itu berhasil memasuki mobil berwarna hitam yang terparkir di seberang jalan.
YOU ARE READING
Another You And Me
RomansAnother universe untuk couple kita Jeon Jungkook dan Kim Seokjin dalam dunia kecil mereka. Short. Simple. Not Continues Part.