Seorang pria sedang sibuk di depan layar komputer dengan tatapan serius dan dagunya yang runcing ditopang dengan sebelah tangan, sementara tangan lainnya terus menekan pelan mouse diatas meja tanpa alas. Ia membaca dengan begitu teliti per kata disetiap file yang telah tersaji di layar komputernya. Membandingkan tiga kontrak kerja sama itu dan menghitungkan mana yang lebih menguntungkan untuknya.
Seseorang yang lain didalam ruangan itu yang sedari tadi diam menunduk dan menumpu kedua tangannya di bawah perut tak berani bersuara, karena ia tahu bosnya sedang berkonsentrasi penuh dengan pekerjaannya.
"Jimin-ssi,"
Jimin yang sedari tadi berdiri tak jauh dari pintu ruang kerja itu segera mengangkat kepalanya dan berjalan cepat mendekati meja berwarna hitam diseberang sofa set berwarna senada yang lebih rendah dari tinggi meja kerja. "Ne, Sajangnim?" Jimin tak berani menatap wajah lelaki dihadapannya. Ia hanya menunduk dan melihat papan nama bertuliskan KIM TAEHYUNG di depannya.
"Panggilkan Jungkook. Aku harus mendengar laporannya hari ini." Taehyung mengklik beberapa kali dan mengalihkan pandangannya pada Jimin yang masih menunduk.
Jimin membungkukkan sedikit tubuhnya sambil memegang perutnya dengan tangan kanannya, "Ne, Sajangnim!"
Setelah itu Taehyung melihat pintu ruang kerjanya yang tertutup dari luar dan terdengar derap langkah Jimin mulai tak terdengar.
Ia menghela pelan. Merendahkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya dengan nyaman di kursi hitam miliknya. Memutar sedikit tubuhnya hingga ia bisa melihat keluar jendela kaca transparan di belakangnya. Melihat tanah lapang berwarna hijau yang begitu luas dimana ia sering bermain golf di rumah ini.
Pandangannya menerawang jauh hingga baris pohon yang berjajar rapi di ujung lapangan itu. Pikirannya mengulas beberapa kejadian yang tidak nyaman yang terjadi akhir-akhir ini.
Ceklek.
"Jeon Jungkook disini, Sajangnim." Terdengar suara berat setelah bunyi pintu ruangannya tertutup sempurna.
Ia enggan membalikkan kursinya. Ia tetap menatap langit jingga didepannya dengan napas berat dan dada sesak. "Apa yang dilakukan Kim Seokjin hari ini?" jantungnya berdenyut nyeri. Menyerukan sebuah nama yang ia simpan didalam gengsi.
"Sangmunim seharian hanya menghabiskan waktu di kamarnya saja, Tuan. Tetapi..." Taehyung segera membalikkan kursinya ketika mendengar ucapan menggantung milik Jungkook yang jarang sekali terdengar di telinganya.
Ia menegakkan punggungnya dan menatap Jungkook tajam. Melihat dua manik mata didepannya yang bergerak resah. " Sangmunim ingin pergi ke bar bersama teman-temannya malam ini, Tuan!" Jungkook membungkuk hingga ia bisa melihat sepasang sepatu pantopel hitamnya. Ia tidak berani menarik tubuhnya kembali karena takut jika Taehyung mengamuk atas keinginan Kim Seokjin yang ia sampaikan.
Ck!
Taehyung berdiri dari kursinya dan berjalan mengitari mejanya. Berdiri didepan meja kerjanya membuat jarak tubuhnya dan Jungkook yang masih membungkuk semakin dekat. "Sudah tiga kali dalam seminggu ini dia selalu ingin keluar menemui teman-temannya!" Taehyung merasakan emosinya merangkak naik. Napasnya terengah dan dadanya naik turun dengan cepat.
"Saya akan meminta Sangmunim untuk mengurungkan niatnya, Tuan!" keringat mulai membanjiri keningnya semenjak ia bisa melihat kedua sepatu Taehyung tepat berada didepannya.
Taehyung menggeram pelan sambil menggertakkan giginya. Kedua tangannya yang berada di dalam saku celana mengepal kuat, merasakan amarahnya benar-benar mencapai puncak kepala. "Jika dia berani kabur seperti tempo hari, aku akan memastikan ia tak pernah melangkah keluar satu incipun dari rumah ini!"
YOU ARE READING
Another You And Me
RomanceAnother universe untuk couple kita Jeon Jungkook dan Kim Seokjin dalam dunia kecil mereka. Short. Simple. Not Continues Part.