Seokjin mengerjap pelan dengan kedua mata yang berat. Ia memandangi sekitarnya, ternyata masih gelap. Ruangan itu terasa hangat, dan tubuhnya tak tercium bau amis yang menyengat seperti perkiraannya. Disisi lain ranjangnya, yang biasanya kosong atau diisi Jongguk, kini ada punggung lebar tepat berada didepan wajahnya.
Perasaan sesak dan detak jantungnya yang semakin cepat membuat kepalanya berdenyut lebih kencang. Tangan kirinya yang terangkat dan bermaksud untuk menggapai punggung telanjang didepannya, ia urungkan. Memutuskan untuk kembali menutup mata karena kepalanya yang pusing dan kantuk yang menyergap lebih kuat.
"Besok pagi saja aku mengusirnya," gumamnya pelan lalu jatuh tertidur dalam kantuknya.
Jongguk duduk di kursi sambil terus menoleh kesamping, memperhatikan Jungkook yang sibuk dengan spatula dengan yang digenggam oleh tangan kanannya. "Apa kau suka asin?"
Jungkook menoleh kebelakang dan hanya mendapati Jongguk yang menutup rapat mulutnya dengan tatapan kosong. "Kau sedang memikirkan sesuatu, Bocah?"
"Apa Papa tidak marah semalam kau menginap disini Ahjussi?"
Jungkook jadi teringat kejadian semalam, membuatnya berdehem pelan dan membalik punggungnya dengan kikuk. "Mungkin aku akan diperbolehkan menginap lebih sering setelah semalam,"
"Kau yakin Papa tidak akan marah? Aku takut jika aku juga kena marah karenamu, Ahjussi."
Jungkook berjalan sambil membawa teflon di tangan kirinya. Ia mengangkat telur gulung itu keatas piring didepan Jongguk dengan hati-hati. "Seharusnya kau membelaku."
Jongguk menggeleng cepat dan menyentuh telur gulung yang masih panas dengan ujung garpunya. "Aku tidak ingin terlibat masalah kalian orang dewasa."
"Kenapa kau masih disini?"
Dua orang itu menoleh secara bersamaan.
"Selamat pagi, Papa!"
Seokjin berjalan mendekati meja makan. Membubuhkan kecupan singkat dibibir Jongguk yang tersenyum lebar menyambut pagi harinya. Sementara orang lain disana tidak menjawab dan kembali menyalakan kompor dengan acuh.
"Hello? Someone there?" Seokjin melipat kedua tangannya didada sambil bersandar pada kursi Jongguk.
Jungkook kembali melangkah mendekati meja makan dengan satu lagi telur gulung yang sudah matang didalam teflonnya. "Apa aku tidak diijinkan memberinya makan?" tanyanya setelah meletakkan telur itu diatas piring yang lain.
Seokjin menelan ludah pelan dan kembali mengangkat wajahnya yang sedari tadi sibuk menatap dada bidang hingga perut Jungkook yang keras. "Aku bisa memberinya makan."
Jungkook memicingkan kedua matanya dan melangkah maju mengikis jaraknya dengan Seokjin. Mendekatkan wajahnya sedekat mungkin dan berbicara tepat didepan wajah Seokjin yang ia rasa sedang menahan napas. "Apa kau juga bisa memberiku makan?" tatapannya turun dan menatap bilah bibir Seokjin yang terbuka.
Seokjin memundurkan tubuhnya dan berpegangan pada kursi Jongguk. Tangan kanannya akhirnya ia beranikan untuk menyentuh dada Jungkook dan mendorongnya meskipun tak mampu membuat pria didepannya bergeming. "Ka-kau mau makan apa, Sialan?!"
Didepan Jongguk yang sibuk melahap telur gulungnya, Jungkook berani mengangkat lututnya dan menggesek paha Seokjin yang terekspos jelas karena kaos putih yang dikenakan hanya sebatas bawah pipi bokongnya saja. "Aku bisa memakanmu lagi pagi ini." Jawabnya tepat didepan bibir Seokjin hingga bibir mereka hampir bersentuhan.
Ting.
Tong.
Seokjin dengan cepat menoleh, menghindari bibir Jungkook yang sekali lagi ingin mengecupnya. "Siapa Sialan yang pagi-pagi bertamu dirumah orang?"
YOU ARE READING
Another You And Me
RomanceAnother universe untuk couple kita Jeon Jungkook dan Kim Seokjin dalam dunia kecil mereka. Short. Simple. Not Continues Part.