乐观者在灾祸中看到机会;悲观者在机会中看到灾祸.
"Optimis melihat peluang dalam bencana; pesimis melihat bencana dalam peluang."
"Kita akan terus berlari, Shuu. Kita bisa kembali ke Orient, atau bersembunyi di Westeria. Aku tidak peduli asalkan kita bisa pergi dari sini." Ucap Kaze.
Aku setuju dengannya, terutama di bagian bersembunyi di Westeria. Aku merasa kembali ke Orient bukan lah pilihan yang bijak untuk saat ini, atau kapan pun di masa yang akan datang. Kalau boleh jujur, aku tidak pernah ingin kembali ke Orient.
"Kita sebenarnya tidak perlu lari. Bukan kita pelakunya." Kataku sambil terengah. Naga Air tidak suka berlari. Terbang, mungkin. Berenang, pasti. Tapi berlari, terlebih sebagai manusia yang sudah hidup di Istana sejak lahir, jelas bukan kegiatan kesukaanku.
Kaze berbeda. Saat dia berlari, dia seolah sedang menyatu dengan angin dingin yang menampar-nampar wajahnya. Dia juga terengah, nafasnya pendek-pendek, jantungnya berpacu cepat sebagaimana jantungku—kami dapat merasakan detak jantung masing-masing seolah kami berbagi jantung yang sama. Tapi Kaze tampak senang bahkan meski dia masih ketakutan. Wajahnya yang beberapa hari ini terlihat pucat karena kekurangan sinar matahari dan selalu tegang saat berada di dekat Pangeran Yi, kini ada rona semu kemerahan di kedua pipinya. Membuat wajahnya serupa buah persik segar.
"Tapi kita saksi! Kita saksi hidup. Orang-orang yang jahat bisa memutarbalikkan fakta dan menuduh kita sebagai pembunuh. Kita bisa mencari Raja dan Ratu kita. Atau ke mana pun yang penting kita harus pergi jauh." Dia bersikeras.
Aku akan mengikutinya ke mana pun dia ingin pergi.
Kaze menggenggam tanganku dengan sangat erat. Padahal tanpa begitu pun aku tetap akan mengikutinya, berlari secepat yang aku bisa untuk mengimbanginya. Kami adalah dua insan dengan satu hati dan satu jiwa, dan aku tidak akan pernah bisa jauh darinya, begitu pun halnya Kaze yang tidak akan bisa jauh dariku. Tidak setelah kami dipertemukan beberapa tahun yang lalu.
Saat itu usiaku sebelas tahun tapi aku sudah masuk ke Istana Air. Padahal Naga Air sebelumnya—aku di kehidupan sebelum ini—Huang Hui Jun yang adalah kakekku, baru memasuki Istana Air di usia dua puluh tahun setelah menikah. Sebagai anggota Klan Huang, aku bisa dibilang setara dengan pangeran di Orient. Aku memiliki hak-hakku sendiri. Aku diperbolehkan masuk ke Istana Air kapan pun aku mau, asalkan saat Kaisar membutuhkanku, untuk perang atau sekedar menghancurkan musuh-musuhnya, aku sudah siap dan terlatih. Tapi aku bersikeras untuk masuk ke Istana Air secepatnya.
Sejak aku lahir, Klan Huang sudah tahu bahwa aku adalah reinkarnasi kakekku, bahwa aku adalah Aquinier yang ada dalam legenda. Aku tetap anak dari ayah dan ibuku, tapi saat mereka memasuki kamarku, mereka diwajibkan mengetuk pintu lebih dahulu, mendapat izin dariku, kemudian masuk sambil menunduk dan membungkuk. Orang tuaku diwajibkan memperlakukanku dengan penuh hormat. Saat ada hari perayaan, keluarga besarku, Klan Huang baik yang sudah sepuh maupun yang baru lahir, akan berkumpul di rumahku untuk bersujud di hadapanku serta memohon berkah dariku. Aku adalah dewa yang hidup di tubuh anak kecil bagi mereka semua. Aku dianggap suci, sakti dan sempurna. Padahal aku hanya anak biasa seperti anak-anak lainnya.
Di saat saudara-saudaraku atau anak-anak seusiaku bermain bersama, aku tidak diizinkan bergabung dengan mereka. Di saat aku bosan karena terus berada dalam rumah dan belajar sepanjang hari, aku tidak boleh mengeluh. Pernah satu kali aku mengeluh dan menghela napas, semua orang tampak takut dan memohon ampunan padaku seolah mereka baru saja melakukan dosa besar. Katanya, kalau Naga Air mengeluh, atau marah, atau sedih atau merasakan emosi apa pun, sungai Yaozhi akan meluap dan membanjiri seisi kota, atau Laut Timur akan tumpah ruah menghanyutkan separuh kekaisaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lotus of East Palace
FantasyLanjutan dari 'The Rose of The South' Lee Yeon-Hwa menghabiskan seluruh hidupnya untuk berlatih agar dapat menjadi ksatria wanita. Impiannya terwujud. Di usianya yang ke dua puluh tahun kini dia sudah menjadi salah satu ksatria wanita Pasukan Montre...