027: lalis & enzi

1.1K 171 29
                                    

✵┕⎪ 𝖖𝖎𝖓𝖌⋆𝖆𝖑𝖆𝖓𝖌 ⎪┑✵
▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭




Aneh.

Hari ini hari Senin, hari yang paling dibenci oleh seluruh murid disebagian dunia. Hari yang membuat hampir seluruh murid lemah-letih-lesuh-letoy. Hari yang menurut mereka hari kesialan.

Alasannya hanya satu, Upacara. Berdiri selama kurang-lebih setengah jam. Panas-panasan tanpa duduk, tidak bisa nyemil sambil nyedot es teh, ditambah lagi pakai almamater yang membuat hawa panas semakin terasa.

Kalau kata afi, udah kayak simulasi masuk neraka.

Tapi hari ini berbeda. Meskipun sama.

Yang berbeda itu—si batu batangkup alias Bara binti bapaknya. Bisa-bisanya Bara senyum gembira dihari senin, padahal tidak hujan dan tidak mendung juga, dan tolong ingatkan El bara jika hari ini mereka ada ulangan bahasa Inggris.

Mahen bingung plus tertekan.
"Jangan-jangan ni anak ketempelan jurig digudang sekolah?" Batin nya khawatir.

"Ngapa lu, bar? Tumben senyam-senyum?"

Mahen bernafas lega saat Enzi datang, tadi ia pamit untuk mengambil topinya.

Enzi duduk disamping Bara. Posisi mereka sekarang berada di lapangan indoor, mereka duduk ditepi lapangan selagi menunggu Upacara dimulai.

"Gue seneng, zii.." ucap Bara dengan nada yang sangat bahagia.

"Bahagia? Nggak mau cerita nih, ke kita?" Tanyanya sambil menunjuk Mahen.

Mahen yang ditunjuk mengangguk menyetujui. Ia kan juga penasaran, apa yang membuat Bara bahagia dihari senin ini.

Bara memutar tubuhnya hingga menghadap kedua sahabatnya.

"Dengerin gue baik-baik yah. Dan lo zii, gue tau lo orangnya gak emosian, jadi gue harap lo gak marah pas gue jelasin..." Tutur Bara takut tapi tenang.

Okeh, Mahen tau alasannya sekarang.

"Buruan ngomong." Pinta Enzi.

"Jadi, gue lagi mastiin perasaan gue ke dua orang zii. Dia afira sama, lisa."

Dan BOM!

Wajah Enzi yang tadinya adem anyem macam ubin mesjid berubah datar dan ratapannya berubah sinis.

"Biar gue selesein—jadi, gue bingung gue sebenernya suka sama lisa ato afira. Dan gue minta saran sama mahen—" Bara menunjuk Mahen.

Mahen menyengir seraya mengangkat dua jarinya terhadap Enzi.

"Dia bilang. Yah coba lo ajak mereka jalan, liat sama siapa gue paling nyaman." Lanjut Bara bercerita.

Sebelah alis Enzi terangkat,
"jadi?" Tanyanya.

"Saat gue jalan bareng lisa, rasanya kek seneng.."

Wajah Enzi yang biasanya teduh, terlihat semakin datar. Sorot matanya juga terlihat tajam dan marah.

"——tapi biasa aja. Gue gak ngerasain sesuatu yang istimewa.. gue—ngerasa kek jalan ama lo-lo pada.." lanjut Bara lempeng.

𝙲𝚁𝚄𝚂𝙷; ᴀғɪʙᴀʀᴀ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang