023: pakar cinta

1K 167 22
                                    

✵┕⎪ 𝖖𝖎𝖓𝖌⋆𝖆𝖑𝖆𝖓𝖌 ⎪┑✵
▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭


Bara menatap layar ponselnya yang menampilkan foto Afira juga Lisa. Ada perasaan senang ketika ia melihat foto Lisa. Namun, ada perasaan nyaman ketika ia melihat foto Afira. Dadanya menghangat melihat bagaimana Afira tersenyum sangat manis.

"Gue lebih suka liat lo fir, ketimbang lisa.." monolognya.

"Apa gue.. cuma suka sesaat sama lisa..? Mungkin gue—kagum doang?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Dan sebenernya gue suka sama afira..?"

"Ck! Ribet banget anjir!"

Bara berteriak frustasi.

"Gue harus tuntasin masalah ini ke pakarnya!" Tukasnya mantap.

Drrt..!

"Apaan?"

"Gue tunggu dicafe army!"

Tuttt..!

Sambungan terputus.

Bara bergegas bersiap memakai jaket juga sepatunya. Tak lupa menyelipkan dompet ke dalam saku celananya. Berkaca sebentar dan memoleskan minyak rambut agar penampilan nya semakin kece, hal terakhir yaitu menyemprotkan parfum.

"Okeh, udah ganteng kaya jungkook bitied! Cuss!"

Bara berlari kecil keluar dari kamarnya. "Maa!" Teriaknya keras seraya menuruni tangga.

"MAMA!" Teriaknya sekali lagi.

"Mau kemana kamu?" Tanya sosok paruh baya, beliau mama Bara.

"El mau ketemu temen," jawan Bara.

Mama mengangguk singkat,
"Jangan pulang tengah malam, soalnya papamu gak lembur malam ini.." peringat mamanya.

Bara mengangguk singkat lalu mengecup pipi mamanya.

"Oh iya, ade mana?" Tanyanya sebelum pergi.

"Jalan jalan sama windy.." Bara hanya ber'oh' ria.

"Yaudah, el pergi dulu ya maa," pamitnya.

"Iya, hati-hati.."


Bara melajukan motornya menuju tempat perjanjiannya dengan seseorang di telfon tadi. Tidak membutuhkan waktu lama untuk si batu bara tiba disana. Karena 15 menit kemudian Bara sudah duduk manis didalam cafe.

"Jadi..? Ada problem apa?" Tanya lawan bicara Bara, dia Mahen.

Bara menghela nafas panjang lalu menatap Mahen dengan serius.

"Gue bingung, hen.." lirihnya tiba-tiba.

Mahen mengeryit bingung.
"Apa apaan lo? Gajelas anjng!" Sinisnya kesal.

"Gue bingung hen!" Kata Bara sok sedih.

"Ck! Ngomong yang bener ato gue rontokin gigi lo!" Tukas Mahen sinis.

"Gue cerita, tapi lo jan cepu.."

Alis Mahen semakin berkerut. Namun ia mengangguk agar ia segera tau permasalahannya.

"Gue suka sama lisa–—

––anjng! Lo kan tau si enzi deket ama si lisa?! Mau jadi Valentino Rossi lo?!" Potong Mahen tak selo.

"Heh! Dengerin gue dulu bego!" Kata Bara kesal.

"Yaudah buruan jelasin sejelas-jelasnya!" Balas Mahen penuh penekanan.

"Gue suka sama lisa.. jadi gue minta bantuan afira biar gue bisa deket sama dia. Tapi gue bingung hen.. gue ngerasa–gue lebih nyaman deket sama afira ketimbang sama lisa. Tapi.. gue suka sama lisa! Argh! Gue bingung anjir!" Bara menjelaskan dengan nada yang frustasi.

Mahen mengangguk-angguk sok keren. Lalu ia tersenyum saaaaaangat tampan!

"Lo yakin, lo suka sama lisa? Bukan lo kagum doang?" Tanyanya dengan santai.

Bara diam. Ini juga yang menjadi pikirannya.

"Dengerin gue el bara. Rasa suka itu beda beda.. suka sebagai adek dan kaka. Suka sebagai temen. Suka sebagai partner kerja. Suka sebatas kagum dan suka LO sebagai laki-laki sejati. Lo paham maksud gue kan?" Ujar Mahen menjelaskan.

Haruto mengangguk dengan raut wajah ragu.

"Okeh gue lanjut biar lo gak makin bingung. Suka sebagai adek kaka itu ya kaya rasa suka dan sayang lo ke adek lo dan si windy. Suka lo sebagai temen, kaya suka sama kita-kita, lo nyaman karena kita juga sefrekuensi sama lo. Suka sebagai partner kerja, kaya papa lo sama papa gue. Suka sebatas kagum--mungkin ini kasus lo sekarang. Dan suka LO sebagai lelaki sejati, rasa suka lo terhadap orang yang benar-benar menurut lo dia itu spesial."

"Lo suka lisa pasti karena sifatnya yang mungkin menurut lo unik, atau mungkin ada suatu hal yang bikin lo ngerasa kagum. Lo deg-degan dan langsung berspekulasi kalo lo suka sama dia. Padahal lo itu cuma terpesona doang. Beda lagi rasa nyaman lo ke afira.."

"Sekarang lo pikir deh. Lo sama lisa tapi gak ada sensasi apa-apa, ato sama afira dimana lo ngerasa nyaman kalo deket dia.."

Bara masih diam.

"Saran dari gue. Mending lo jauhin lisa. Selain karena lo cuma kagum, lisa juga udah deket sama enzi--sahabat lo. Mending lo deketin afi, mumpung dia masih sendiri.." tukas Mahen lempeng.

"Bang samuel ." Sela Bara datar.

"Gak usah lo pikirin. Bang sam ke afi kaya kaka ke adek. Dan lagi, asal lo tau. Afi nganggap gue, enzi, bang sam-jev-joo- sebagai kakanya. Gak lebih! Gak tau kalo elu!" Kata Mahen menjelaskan.

"Tetep aja gue bingung, hen. Gimana kalo gue udah yakin deketin afira tapi ternyata gue gak bisa ngelupain lisa?!" Seru Bara tak selo.

Mahen mendelik malas.

"Gini nih, kalo waktu belajar diganti buat stremeng bok3p! Otak jadi gak ada gunanya!" Geramnya.

"Gak usah ngatain gue! Kasih aja saran apa yang harus gue lakuin!" Tukas Bara kesal.

"Dih ngegas! Yaudah dengerin gue! "














































































『 계속해서 』

Hoannyeong!
Doain ujian saia lancar 🤗🤳🏼

𝙲𝚁𝚄𝚂𝙷; ᴀғɪʙᴀʀᴀ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang