031: jjengjengjeng..

1K 164 25
                                    

✵┕⎪ 𝖖𝖎𝖓𝖌⋆𝖆𝖑𝖆𝖓𝖌 ⎪┑✵
▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭▭




Bara menatap dengan tatapan yang kosong pada guru yang mengajar di depan. Minat dan niat belajar sama sekali tidak terpikirkan di kepalanya. Yang ia pikirkan hanya Afira, Afira dan Afira. Itu saja.

"Gu-gue suka sama bara.."

"Sejak mpls."

Bara mengusak rambutnya frustasi.
"Kenapa fur? Kenapa lo gak bilang sama gue???" Teriaknya dalam hati.

"Dari mana lo tau?"

"Ck! Iya! Afi emang suka sama lo—ato bahkan udah masuk fase cinta! Gue juga gak paham sih, apa yang bikin afi naksir sama boneka santet kaya lo!"

"Ck!—

Bugh!

Penghapus mendarat sempurna di wajah tampan Bara. Bara meringis sakit sembari memegang batang hidungnya yang terkena lemparan penghapus, sepertinya luka.

"El Bara, kenapa kamu melamun?!" Tanya pak Jamal garang.

"Ssh.. saya galau, pak!" Jawab Bara sok memelas.

Serentak satu kelas menyorakinya. Bahkan Enzi sudah meninjunya berkali-kali lantaran kesal.

"Simpan galau kamu buat nanti! Sekarang keluar dari kelas saya, lari keliling lapangan sepuluh kali!!" Teriak pak Jamal marah.

Bara tidak berespon banyak. Ia bangkit dari duduknya dan keluar dari kelas melalui pintu belakang.

Koridor sangat sepi. Mungkin karena jam pelajaran masih berlangsung. Bara pun melangkahkan kakinya menuju lapangan, hingga saat melewati kelas Afira ia berhenti sejenak. Mengintip dari jendela, namun ia tidak melihat keberadaan Afira. Padahal ada pak Brian yang sedang mengajar disana.

"Mungkin lagi bareng bang sam.." gumamnya lirih.

Bara kembali melangkahkan kakinya menuju lapangan basket outdoor, dengan keadaan melamun. Ada banyak hal yang ia pikirkan.

"Sekarang gue tau, apa yang lo rasain dulu, fir.." monolognya dengan hampa.

Tap tap tap ..!


"Huhuhu... Yalord, semoga pulang dari sini bunda gak ngamuk lagi...!"

"Pokoknya ini semua salah kak muel! Huweeee bunda panas!!"

Jantung Bara tiba-tiba berdetak sangat kencang. Tubuhnya gemetar mendengar suara yang rasanya sangat ia rindukan itu.

"Dihukum, lagi?" Bara tersenyum sangat lebar bahkan mulutnya seperti akan robek.

"Kita emang jodoh, fir." Ucapnya lalu berlari kecil mengelilingi lapangan.

"Dihukum lagi lo?"

Merasa ada yang bertanya, Afira mengangguk tak ikhlas.

"Huhu... Iya anjir! Kesel banget! Mana panas banget lagi! Huweeeee—eh?" Afira reflek berhenti berlari dan memutar tubuhnya dengan gerakan cepat.

Dan BOM!

"E-eh... B-bara? Hehe.." sapanya kaku.

Bara tersenyum tampan, "hai." Balasnya dengan lembut.

Afira lekas mengalihkan pandangannya. "Njir! Ngomongnya lembut banget! BUNDA TOLONG ANAKMU😭" batin Afira berteriak.

𝙲𝚁𝚄𝚂𝙷; ᴀғɪʙᴀʀᴀ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang