satu

5.8K 156 1
                                    

      Hujan malam itu mengguyur membasahi bumi Temanggung,menambah hawa dingin yang berada di pedesaan pingir kota,Roihana Nawawi atau gadis yang biasa dipanggil Rey ini baru tadi siang pulang dari kuliahnya yang berjarak ribuan meter dari kampung halaman.
Kini gadis itu meringkuk di dalam selimut tebal mencari kehangatan yang tak seberapa.
Tak jauh beberapa meter dari rumah yang disebut ndalem yang di tempati Rara, berdirilah bangunan- bangunan kokoh yang di sebut pesantren Nurul Ulum,tepat di sebelah ndalem pondok putri berada didirikan,gedung madrasah,lapangan dan musholla berdiri di tengah2 membuat jarak dengan pondok putra.semuanya tertata rapi membentuk persegi panjang,dan bangunan- bangunan kokoh itu dilingkari oleh tembok2 tinggi bagaikan benteng,sedangkan gerbang yang menghubungkan dengan jalan raya berada di depan ndalem dan masjid,sehingga siapapun yang keluar masuk pesantren bisa terawasi langsung oleh ndalem.

"Raa makan malam dulu nak!"
Perintah umah dari lantai bawah terdengar sampai kamar Rara.

"Nggih,umah sebentar lagi Rara turun"jawab Rara sambil ogah2an membuka selanjutnya.

Aroma lezat masakan mulai merasuk ke indra penciuman Rara setelah dia menginjakkan kakinya di ruang tengah.
Sepertinya dia sudah melupakan hawa dingin yang sedari tadi dilakukannya.

Ditengah2 acara makan malam keluarga itu ada satu kata2 Abah yang membuat Rara terkejut setengah mati.

"Lusa kamu akan Abah berangkat kan ke pondok Al Amin,punya sahabat Abah di Jogja dan Abah tidak menerima penolakan".

Dear My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang